Hari ini tanggal 10 februari 2015 setelah beberapa sentilan
kemarin
Lagi lagi mengenai pernikahan. Special banget ya masalah
satu ini. Special ndak special sih. Why? Special karena ia menggenapi separo
dien. Tapi bukan berarti menikah adalah segalanya dan meninggalkan amal ibadah
yang lain.
Pernikahan itu hakikatnya bukan hanya sekedar sex benar kan?
Pernikahan itu adalah bersatunya dua orang yang berbeda menjadi satu organisasi
yang bernama keluarga. Ini definisi saya saja sih.
Sebuah analogi sederhana ada seorang sahabat dekat yang
selalu kemanapun bersama tapi ketika akhirnya ngekos bersama banyak ketidak
cocokan. Ini baru sahabat yang hubungan batinnya tidak sedalam hubungan
pernikahan kan?
Pernah melihat ibu-ibu dan ummahat-ummahat yang mengeluhkan
aib suaminya di media social. Semua orang lhoo lihat, semua orang lho ikut
komentar. Apa ndak malu ya? Apakah berharap suami tau isi hatinya. Kenapa ndak
langsung ngomong aja? Apa susahnya langsung ngomong ke suami. Bukannya dia
adalah orang yang katanya disayangi dan dicintai?
Suami kres dengan istri lantas menjadikan alasan masalah
rumah tangganya sebagai pembenaran untuk perselingkuhan. Iya kah? Kenapa tidak
dikomunikasikan?
Wajar kok wanita pingin curhat, wajar kok ada kata yang
ingin diungkapkan dengan kekesalan itu. Wajar banget karena secara otak wanita
semua menggunakan perasaan. Inget banget ketika kemarin ndak disapa aja udah
mewek (it’s me). Nunggu kelamaan juga mewek lagi. Logikanya dimana??? Yes bener
ndak ada logikanya karena secara naluri wanita menggunakan perasaan. Terus apa
yang salah? Jangan ngumbar aib di media dunk. Risih lihatnya, belum tentu suami
baca klo pun akhirnya akan dibaca belum tentu masalah selesai. Gimana klo
jadinya malah berantem karena suami merasa dipermalukan? Jadi tambah runyamkan
masalahnya?
Istri cerewet, istri menyebalkan, istri suka marah-marah,
istri ndak nurut sama suami, istri membantah kata-kata suami, istri ndak mau
melayani suami, apa lagi? Apa lagi salah istri? Buanyak banget pasti salahnya.
Iyalah istrikan juga manusia. Ada kalanya bahagia, sedih, capek, semangat, bad
mood, good mood. Istri bukan malaikat yang akan tau dan paham isi hati seorang
suami. Jangan berharap suami paham apa yang harus di lakukan tanpa diberi tau
dan dinasehati. Walaupun sudah dinasehati sekali, dua kali, tiga kali, empat
kali bukan berarti itu jadi alasan bahwa istri mutlak salah kan. Ingat istri
adalah tulang rusuk laki-laki yang bengkok jika dipaksa lurus akan patah. Perlu
pelan-pelan meluruskannya dan itu bukan dalam waktu satu tahun dua tahun atau
hitungan satu sampai sepuluh. Semua proses berjalan sampai salah satu atau
keduanya menghadap-Nya
Belum lagi masalah dengan mertua. Pernikahan itu memang
butuh perencanaan yang luar biasa termasuk salah satunya tinggal di PMI atau
trandnya Pondok Mertua Indah. Akan ada masalah dengan mertua itu pasti.
Misalnya ibunya istri suka ikut campur masalah rumah tangga misalnya. Masalah
yang seharusnya dipecahkan berdua jadi harus bertambah dengan pihak ketiga
yaitu ibu mertua. Mau menasehati istri akhirnya mentok dengan ibu mertua juga.
How? Jadi inget tadi malam ngobrol dan berdiskusi masalah rumah tangga.
“setelah menikah istri itu harus patuh pada suami dan suami harus patuh pada
ibu dari suami tersebut”. Jadi ingat ketika ada tausiyah di stasiun TV pas
ramadhan ada yang Tanya
“Ust kan klo berhubungan suami istri ketika puasa itu
berarti puasanya batal dan harus membayar puasa sebagai hukuman atau iqobnya.
Kalau seandainya suami meminta berhubungan apa yang harus dilakukan seorang
istri?”
“sebagai seorang istri tetap mengingatkan, terus diingatkan
tapi jika sudah mentok diingatkan dan tetap tidak bisa maka istri harus tetap
melayani suami dengan konsekuensi hukuman itu”
Ini bukan justifikasi bahwa suami selalu benar lho ya. Yang
bener suami adalah penanggung jawab istrinya. Jika istrinya salah harus
diingatkan dan jangan sampai malah membuat istri masuk neraka karena ulah suami
sendiri.
Lha yang ingin saya bahas di sini adalah patuhnya istri pada
suami itu memang harus sepatuhnya patuh bukan sekedar nasehat itu cocok terus
ikut, nasehat yang lain ndak cocok ndak ikut, dan harapannya ibu dari istri
lebih legowo “merelakan” putrinya untuk membangun rumah tangganya dengan
suaminya. Suamipun juga tidak bisa serta merta menyalahkan istri dan ibu mertuanya.
Semua kembali dengan komunikasikan masalah dengan benar. Pahami jika ikatan
batin istri dan ibu tidak akan pernah terputus selamanya. Jangan korbankan
perasaan keduanya.
Masalah yang lain misal tinggal dengan orang tua suami, ada
istri yang merasa tertekan, ndak sepaham, beda pendapat dengan ibu mertua.
Terus suami harus bagaimana? Kembali ke prinsip saya sebelumnya “setelah
menikah istri itu harus patuh pada suami dan suami harus patuh pada ibu
kandungnya”. Suami jangan mentang-mentang sayang banget dan luar biasa pada
istri lantas mencampakkan ibu kandung. Ingat anda sukses itu harus lulus SD
dulu minimal dulu yang membiayai siapa dan merawat siapa? Ndak mungkin kan
ketemu istri sejak SD? Dan istri pahami jika anda sayang dengan suami anda dan
ibu mertua anda juga sayang dengan suami anda. Jangan jadikan perbedaan
pendapat antara anda dan ibu mertua anda sebagai ajang perebutan seorang suami
dan seorang laki-laki. Dan suami pahami posisi anda komunikasikan dengan baik
jangan malah menjadi pemicu peperangan antara istri dan ibu anda.
Saya paham posisi saya, saya belum menikah memang. Saya
hanya berusaha menjadi pendengar dan belajar juga untuk pernikahan saya nanti.
Pernikahan itu pasti akan bertemu dengan masalah. Namun masalah dalam rumah
tangga itu bukan untuk mencari siapa yang salah dan siapa yang benar sendiri.
Masalah dalam rumah tangga itu adalah sebuah Ujian layaknya ujian anak sekolah.
Ujian untuk mengungkapkan kata maaf meskipun tidak salah. Ujian untuk
mengikhlaskan tanpa mengungkit lagi kesalahan dan aib masa lalu. Ujian untuk
bertahan meski berpisah sepertinya lebih bahagia. Semuanya butuh komunikasi.
Suami atau istri bukan malaikat yang paham dengan sindirian isyarat mata atau
sindirian status di media social. Suami atau istri adalah manusia yang perlu
dikomunikasikan segala sesuatunya sehingga tidak ada ganjalan dihati dan tidak
membuat retak kulit telur. Kita bayangkan kulit telur yang keren banget bisa
melindungi embrio telur di dalamnya. Jika kulit itu retak sedikit saja sebelum
ada ayam pasti bakteri akan masuk dan besar kemungkinan embrio akan gagal
menjadi ayam. Retaknya sedikit tapi efeknya luar biasa.
Lantas seperti apa rumah tangga yang ideal? Apakah suami
solih dan istri solihah pasti akan ideal? Pasti akan amaan sepanjang jalan? Teman
dari seorang teman adalah seorang istri yang baru rujuk dengan suaminya. Apakah
mereka tidak solih solihah? Suaminya adalah orang pesantren alumni Ponpes
terkenal di Ponorogo. Istrinya adalah putra seorang alim di kotanya. Apa
penyebab perceraiannya? Beda pendapat? Beda mahzab? Nooo…. Karena ada pihak
ketiga. Ada seorang akhwat yang menggoda sang suami (akhwat juga manusia mbak
mas brooo “berhak” salah juga kan dan “wajib” tobat juga pastinya).
Tidak ada rumah tangga tanpa masalah, setuju? Rumah tangga yang
idel bukan rumah tangga yang tidak punya masalah, setuju? Rumah tangga ideal
adalah rumah tangga yang menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat, setuju?
Bagaimana menyelesaikan cara yang tepat? Sandarkan semua pada Allah. Masalah
yang dimiliki bukan tanpa sepengetahuan Allah. Bahkan daun yang jatuh Allah
pasti tau kan. Berapa jumlah pohon di bumi ini, berapa jumlah daun, dan Allah
berkehendak di daun mana yang akan jatuh bahkan di milisecon atau ukuran waktu
yang lebih kecil lagi. Bahkan kemana daun itu jatuh Allah sudah menetapkannya.
Apa lagi masalah dalam rumah tangga. Allah pasti tau atas apa yang terjadi kan?
Dan pastinya Allah sudah mengatur takdir apa yang akan menanti di depan
perjalanan.
Baik dan buruk itu bukan nilai manusia, dia adalah nilai
dari Allah maka sandarkan semua pada Allah sehingga urusan hati itu jadi
ringan. Jika suami bermasalah, atau istri ndak nurut jika diberi tau, mertua
menyebalkan, mertua terlalu ikut campur. Semua tidak akan terjadi jika Allah
tidak berkehendak kan? Klo Allah yang ngasih masalah biasanya Allah sedang
kangen. Kangen air mata kita yang mengiba kepada Allah, kangen sholat malam
kita, kangen doa kita yang sederhana tapi dengan hati yang tulus.
Saya bukan orang yang selalu benar. Sangat mungkin saya
salah. Sangat mungkin apa yang saya ucapkan akan menjadi cobaan bagi saya di
kemudian hari. Dan belum tentu saya lebih bisa bertahan dibanding yang lain.
Ingatkan saya ketika saya salah, meskipun ketika diingatkan mungkin saya marah
suatu saat jika nasehat itu benar maka semoga Allah akan memudahkan membukakan
pintu hati saya. Saya mohon maaf jika ada yang tersinggung ini hanya sekedar
keinginan saya untuk menulis dan berbagi. Semoga bermanfaat.