Sabtu, 12 Oktober 2013

Imam Ahmad bin Hanbal punya pengalaman menarik. Dalam perjalanan beliau kemalaman. Mengetuk masjid utk menginap. Takmir tak mengizinkan.Imam Ahmad membujuk, tetapi si takmir tetap saja mengusir. Ia berkata,"Aku akan tidur tepat di atas tempat pijakan telapak kakiku.Imam Ahmad benar-benar tidur di atas pijakan telapak kakinya. Sang takmir tetap saja mengusir.Sebagai ulama sepuh yg low profile, karakter ketakwaan & kesalehan bgitu melekat erat pada Imam Ahmad sehingga beliau memilih meninggalkan masjid dan menghindari perdebatan. Hal ini mengundang simpati seorang tukang roti.Si tukang roti merasa kasihan & menawarkan agar Imam Ahmad menginap di rumahnya tanpa tahu siapa beliau. Maka beliau dijamu sebagai tamu. Sepanjang malam, sembari mengaduk-aduk adonan roti, tukang roti itu banyak melantunkan istighfar.Imam Ahmad mendengar. Merasakan kekaguman yg amat besar.Hingga malam berlalu sampai subuh tiba,Imam Ahmad menyapa, bertanya perihal istighfar yg dibaca oleh tuan rumah, si pembuat roti. "Mengapa sepanjang malam, selama membuat adonan kau selalu beristighfar?" tanya Imam Ahmad,"Apakah kau menemukan hasil dari istighfarmu?",
"Benar. Demi Allah, setiap kali aku berdoa selalu dikabulkan," jawabnya,"Kecuali satu doa yg belum dikabulkan."
Imam Ahmad bertanya penasaran,"Doa apa yg belum dikabulkan itu?"
Pembuat roti bekata,"Doa supaya bisa melihat Imam Ahmad bin Hanbal."
Imam Ahmad pun berseru,"Akulah Ahmad bin Hanbal. Demi Allah, aku benar-benar ditarik supaya kesini untukmu.".

Adakah doa kita yg belum dikabulkan? Maka, perbanyaklah beristighfar. Smoga bermanfaat.. 

Senin, 07 Oktober 2013

Sarapan pagi di kuliah pagi hari pagi ni..
Bab akhlak..

Seseorang bisa dikatakan memiliki akhlak yg baik jk sudah mmenuhi 2 sifat
1. Spontan (tanpa berfikir)
2. Konstan (terus mnerus)
akhlak yg baik bs terbentuk jk di biasakan..
Maka dari it kunci agar kita selalu berakhalak baik adalah
"membiasakan segala yang baik dan mengurangi segala yg buruk hingga ke titik zero"

Liat sandal g rapi? Ketika sudah mnjadi akhlak mk pasti scara spontan akan mrapikannya, namun ktika mlihat sandal g rapi trus berfikir "aku rapiin g y?" Ini brati akhlak it blm trbentuk..
Sama halnya.. perasaan kpd org lain yg dianggap tdk baik pada qt itu pun letaknya pada kebiasaan kita memunculkan perasaan it..jadi semuanya timbul pada kebiasaan perasaan kita.. jika kita membiasakan perasaan ini berpikir baik atas tindakan orang lain pada kita maka tidak akan timbul prasangka2 yang akan melemahkan iman kita..

Abi Syatori

Minggu, 06 Oktober 2013

Amalan Bulan Dzulhijjah adalah sebagai berikut:
A. Memperbanyak puasa di sembilan hari pertama.
Dianjurkan memperbanyak puasa di sembilan hari
bulan Dzulhijjah. Terutama puasa hari arafah, tanggal
9 Dzulhijjah. Abu Qatadah radliallahu ‘anhu
meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ﺻﻴﺎﻡ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ ﺃﺣﺘﺴﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﻜﻔّﺮ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﻗﺒﻠﻪ ، ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﺍﻟﺘﻲ
ﺑﻌﺪﻩ
“…puasa hari arafah, saya berharap kepada Allah agar
menjadikan puasa ini sebagai penebus (dosa, pen.)
satu tahun sebelumnya dan satu tahun
setelahnya..” (HR. Ahmad dan Muslim).
Demikian juga keumuman hadis yang menunjukkan
keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Disamping itu, terdapat keterangan khusus dari Ummul
Mukminin, Hafshah radliallahu ‘anha , bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan puasa
asyura, sembilan hari pertama Dzulhijjah, dan tiga hari
tiap bulan. (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Ahmad, dan
disahihkan Al-Albani).
B. mengucapkan takbir (takbiran).
Takbiran di bulan Dzulhijjah ada dua:
1). Takbiran hari raya yang mutlak (tidak terikat waktu)
Takbiran mutlak adalah takbiran yang dilakukan
kapan saja dan dimana saja, selama masih dalam
rentang waktu yang dibolehkan.
Takbir mutlak menjelang Idul Adha dimulai sejak
tanggal 1 Dzulhijjah sampai waktu asar pada tanggal
13 Dzulhijjah. Selama tanggal 1 – 13 Dzulhijjah, kaum
musliM disyariatkan memperbanyak ucapan takbir di
mana saja, kapan saja dan dalam kondisi apa saja.
Boleh sambil berjalan, di kendaraan, bekerja, berdiri,
duduk, ataupun berbaring. demikian pula, takbiran ini
bisa dilakukan di rumah, jalan, kantor, sawah, pasar,
lapangan, masjid, dst .
Dalilnya adalah:
Pertama, Allah berfirman,
ﻭَﻳَﺬْﻛُﺮُﻭﺍ ﺍﺳْﻢَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓِﻲ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﻣَﻌْﻠُﻮﻣَﺎﺕٍ
“…supaya mereka berzikir (menyebut) nama Allah
pada hari yang telah ditentukan…” (QS. Al-Hajj: 28).
Kedua, Allah juga berfirman:
ﻭَﺍﺫْﻛُﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻓِﻲ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﻣَﻌْﺪُﻭﺩَﺍﺕٍ
“….Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam
beberapa hari yang berbilang…” (QS. Al-Baqarah: 203)
.
Keterangan:
Ibn Abbas mengatakan,
ﻭَﺍﺫْﻛُﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻓِﻰ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﻣَﻌْﻠُﻮﻣَﺎﺕٍ ﺃَﻳَّﺎﻡُ ﺍﻟْﻌَﺸْﺮِ ، ﻭَﺍﻷَﻳَّﺎﻡُ ﺍﻟْﻤَﻌْﺪُﻭﺩَﺍﺕُ ﺃَﻳَّﺎﻡُ
ﺍﻟﺘَّﺸْﺮِﻳﻖِ
“Yang dimaksud “hari yang telah ditentukan” adalah
tanggal 1 – 10 Dzulhijjah, sedangkan maksud
”beberapa hari yang berbilang” adalah hari tasyriq,
tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. (Al-Bukhari secara
Mua’alaq , Bab: Keutamaan beramal di hari tasyriq).
Ketiga, hadis dari Abdullah bin Umar , bahwa Nabi
bersabda,
ﻣﺎ ﻣﻦ ﺃﻳﺎﻡ ﺃﻋﻈﻢ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻻ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﻓﻴﻬﻦ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻳﺎﻡ
ﺍﻟﻌﺸﺮ ﻓﺎﻛﺜﺮﻭﺍ ﻓﻴﻬﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻬﻠﻴﻞ ﻭﺍﻟﺘﻜﺒﻴﺮ ﻭﺍﻟﺘﺤﻤﻴﺪ
“Tidak ada amal yang dilakukan di hari yang lebih
agung dan lebih dicintai Allah melebihi amal yang
dilakukan pada tanggal 1 – 10 Dzulhijjah. Oleh karena
itu, perbanyaklah membaca tahlil, takbir, dan tahmid
pada hari itu.” (HR. Ahmad dan Sanadnya
dishahihkan Syekh Ahmad Syakir).
Keempat, Imam Al Bukhari mengatakan,
ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺍﺑْﻦُ ﻋُﻤَﺮَ ﻭَﺃَﺑُﻮ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻳَﺨْﺮُﺟَﺎﻥِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺴُّﻮﻕِ ﻓِﻰ ﺃَﻳَّﺎﻡِ ﺍﻟْﻌَﺸْﺮِ ﻳُﻜَﺒِّﺮَﺍﻥِ ،
ﻭَﻳُﻜَﺒِّﺮُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺑِﺘَﻜْﺒِﻴﺮِﻫِﻤَﺎ
“Dulu Ibn Umar dan Abu Hurairah pergi ke pasar pada
tanggal 1 – 10 Dzulhijjah. Mereka berdua
mengucapkan kalimat takbir kemudian orang-orang
pun bertakbir disebabkan mendengar takbir mereka
berdua.” (HR. Al Bukhari, Bab: Keutamaan beramal di
hari tasyriq ).
2). Takbiran yang terikat waktu (Takbir Muqayyad)
Takbiran yang terikat waktu adalah takbiran yang
dilaksanakan setiap selesai melaksanakan salat wajib.
Takbiran ini dimulai sejak setelah salat subuh tanggal
9 Dzulhijjah sampai setelah salat asar tanggal 13
Dzulhijjah. Berikut dalil-dalilnya:
Pertama, dari Umar bin Khattab radliallahu ‘anhu ,
ﺃﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﻜﺒﺮ ﻣﻦ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻐﺪﺍﺓ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ ﺇﻟﻰ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻈﻬﺮ ﻣﻦ ﺁﺧﺮ ﺃﻳﺎﻡ
ﺍﻟﺘﺸﺮﻳﻖ
Bahwa Umar dulu bertakbir setelah salat subuh pada
tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah zuhur pada
tanggal 13 Dzulhijjah. (Ibnu Abi Syaibah dan Al-
Baihaqi dan sanadnya disahihkan Al-Albani).
Kedua, dari Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhu ,
ﺃﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﻜﺒﺮ ﻣﻦ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻔﺠﺮ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ ﺇﻟﻰ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻌﺼﺮ ﻣﻦ ﺁﺧﺮ ﺃﻳﺎﻡ
ﺍﻟﺘﺸﺮﻳﻖ، ﻭﻳﻜﺒﺮ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻌﺼﺮ
Bahwa Ali bertakbir setelah salat subuh pada tanggal
9 Dzulhijjah sampai asar tanggal 13 Dzulhijjah. Ali
juga bertakbir setelah asar. (HR Ibnu Abi Syaibah dan
Al-Baihaqi. Al-Albani mengatakan: Sahih dari Ali).
Ketiga, dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhu ,
ﺃﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﻜﺒﺮ ﻣﻦ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻔﺠﺮ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ ﺇﻟﻰ ﺁﺧﺮ ﺃﻳﺎﻡ ﺍﻟﺘﺸﺮﻳﻖ، ﻻ ﻳﻜﺒﺮ
ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻐﺮﺏ
Bahwa Ibnu Abbas bertakbir setelah salat subuh pada
tanggal 9 Dzulhijjah sampai tanggal 13 Dzulhijjah. Ia
tidak bertakbir setelah maghrib (malam tanggal 14
Dzluhijjah). (HR Ibnu Abi Syaibah dan Al-Baihaqi. Al-
Albani mengatakan, “Sanadnya sahih”).
Ketiga, Dari Ibn Mas’ud radliallahu ‘anhu ,
ﻳﻜﺒﺮ ﻣﻦ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﺼﺒﺢ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ ﺇﻟﻰ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻌﺼﺮ ﻣﻦ ﺁﺧﺮ ﺃﻳﺎﻡ ﺍﻟﺘﺸﺮﻳﻖ
Bahwa Ibnu Mas’ud bertakbir setelah salat subuh
pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai asar tanggal 13
Dzulhijjah. (HR. Al-Hakim dan disahihkan An-Nawawi
dalam Al-Majmu’).
C. Memperbanyak amal salih.
Dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﺍﻟْﻌَﻤَﻞُ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺢُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺃَﺣَﺐُّ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣِﻦْ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻷَﻳَّﺎﻡِ .« ﻳَﻌْﻨِﻰ ﺃَﻳَّﺎﻡَ
ﺍﻟْﻌَﺸْﺮِ. ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻻَ ﺍﻟْﺠِﻬَﺎﺩُ ﻓِﻰ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻗَﺎﻝَ » ﻭَﻻَ ﺍﻟْﺠِﻬَﺎﺩُ ﻓِﻰ
ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻻَّ ﺭَﺟُﻞٌ ﺧَﺮَﺝَ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻪِ ﻭَﻣَﺎﻟِﻪِ ﻓَﻠَﻢْ ﻳَﺮْﺟِﻊْ ﻣِﻦْ ﺫَﻟِﻚَ ﺑِﺸَﻰْﺀٍ
“Tidak ada hari dimana suatu amal salih lebih dicintai
Allah melebihi amal salih yang dilakukan di sepuluh
hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah, pen. ).” Para
sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, termasuk lebih
utama dari jihad fi sabilillah? Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab, “Termasuk lebih utama
dibanding jihad fi sabilillah. Kecuali orang yang keluar
dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad), dan tidak
ada satupun yang kembali (mati dan hartanya diambil
musuh, pen.).” (HR. Al-Bukhari, Ahmad, dan At-
Turmudzi).
D. Idul Adha.
Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu , beliau
mengatakan,
ﻗﺪﻡ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ- ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻭﻟﻬﻢ ﻳﻮﻣﺎﻥ ﻳﻠﻌﺒﻮﻥ ﻓﻴﻬﻤﺎ
ﻓﻘﺎﻝ » ﻣﺎ ﻫﺬﺍﻥ ﺍﻟﻴﻮﻣﺎﻥ .« ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻛﻨﺎ ﻧﻠﻌﺐ ﻓﻴﻬﻤﺎ ﻓﻰ ﺍﻟﺠﺎﻫﻠﻴﺔ. ﻓﻘﺎﻝ
ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - » ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﺪ ﺃﺑﺪﻟﻜﻢ ﺑﻬﻤﺎ ﺧﻴﺮﺍ ﻣﻨﻬﻤﺎ
ﻳﻮﻡ ﺍﻷﺿﺤﻰ ﻭﻳﻮﻡ ﺍﻟﻔﻄﺮ .«
Bahwa ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di
Madinah, masyarakat Madinah memiliki dua hari yang
mereka rayakan dengan bermain. Kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “ Dua hari
apakah ini?” Mereka menjawab, “Kami merayakannya
dengan bermain di dua hari ini ketika zaman jahiliyah.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah memberikan ganti kepada
kalian dengan dua hari yang lebih baik: Idul Fitri dan
Idul Adha.” (HR. An-Nasa’i, Abu Daud, dan Ahmad.
Disahihkan Al-Albani).
E. Berkurban.
Allah berfirman:
ﻓَﺼَﻞِّ ﻟِﺮَﺑِّﻚَ ﻭَﺍﻧْﺤَﺮْ
“Laksanakanlah salat untuk Rab-mu dan sembelihlah
kurban. ” (QS. Al-Kautsar: 2).
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu , Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻣﻦ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﺳﻌﺔ ﻭﻟﻢ ﻳﻀﺢ ﻓﻼ ﻳﻘﺮﺑﻦ ﻣﺼﻼﻧﺎ
“Siapa yang memililki kelapangan namun dia tidak
berkurban maka jangan mendekat ke masjid
kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah. Dihasankan Al-
Albani).
Catatan: Bagi orang yang hendak berkurban, dilarang
memotong kuku dan juga rambutnya (bukan kuku dan
bulu hewannya) ketika sudah masuk tanggal 1
Dzulhijjah sampai dia memotong hewan kurbannya.
Dari Umu salamah radliallahu ‘anha , dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,
ﻣَﻦ ﻛﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﺫِﺑﺢٌ ﻳَﺬﺑَـﺤُﻪ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺃَﻫَﻞَّ ﻫِﻼَﻝُ ﺫِﻯ ﺍﻟْﺤِﺠَّﺔِ ﻓَﻼَ ﻳَﺄْﺧُﺬَﻥَّ ﻣِﻦْ ﺷَﻌْﺮِﻩِ
ﻭَﻻَ ﻣِﻦْ ﺃَﻇْﻔَﺎﺭِﻩِ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻀَﺤِّﻰَ
“Barangsiapa yang memiliki hewan yang hendak dia
sembelih (di hari raya), jika sudah masuk tanggal 1
Dzulhijjah maka janganlah dia memotong rambutnya
dan kukunya sedikitpun, sampai dia menyembelih
hewan kurbannya.” (HR. Muslim).
F. Haji.
Allah berfirman,
ﻭَﻟِﻠَّﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺣِﺞُّ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﻣَﻦِ ﺍﺳْﺘَﻄَﺎﻉَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺳَﺒِﻴﻠًﺎ
“Kewajiban bagi manusia kepada Allah, berhaji ke
Baitullah, bagi siapa saja yang memiliki kemampuan
untuk melakukan perjalanan” (QS. Ali Imran: 97).