Kamis, 02 Januari 2014

Semangaaat pagi.. ini ada cerita baguuus InsyaAllah 
Bidadari Surga

-

Bismilahirrahmanirrahiim..

Namanya "Aini". begitu ummi biasa memanggilnya.

Salah satu "adik "
terbaik yang pernah ummi miliki, yang
pernah ummi temui dan alhamdulillah Allah pertemukan ummi dengannya.

Seharusnya 28 Januari lalu genap ia
menginjak usia 37 tahun. Beberapa
tahun bersamanya, banyak contoh yang
bisa ummi ambil darinya.

Kedewasaan
sikap, kesabaran, keistiqomahan, dan
pengabdian yang luar biasa meretas
jalan da'wah ini.

Seorang muharrik
da'wah yang tangguh dan tak pernah
menyerah.

Sosok yang tidak pernah
mengeluh, tidak pernah putus asa dan
memiliki husnuzhon yang teramat tinggi
kepada Allah.

Dan dia adalah salah satu amanah ummi terberat, ketika memang
harusnya ia sudah memasuki sebuah
jenjang pernikahan.

Ketika beberapa akhwat lain yang lebih
muda usianya melenggang dengan
mudahnya menuju jenjang tersebut,
maka 'Aini Allah taqdirkan harus terus
meretas kesabaran.

Beberapa kali ummi
berikhtiar membantunya menemukan ikhwan shalih, tetapi ketika sudah memulai setengah perjalanan
proses, Allah pun berkehendak lain.

Namun begitu, tidak pernah ada protes
yang keluar dari lisannya, tidak juga
ada keluh kesah, atau bahkan mempertanyakan kenapa sang ikhwan
begitu "lemahnya" hingga tidak mampu
menerjang berbagai penghalang?

Atau ketika masalah fisik, suku, serta terlebih
usia yang selalu menjadi kendala utama seorang ikhwan mengundurkan diri, 'Aini pun tidak pernah mempertanyakan atau
memprotes "Kenapa ikhwan sekarang
seperti ini?"

Tidak ada gurat sesal, kecewa, atau
sedih pada raut muka ataupun tutur
katanya. Kepasrahan dan keyakinan
terhadap kehendak Allah begitu indah
terlukis dalam dirinya.

Hingga, akhirnya seorang ikhwan shalih
yang dengan kebaikan akhlak serta
ilmunya, datang dan berkenan untuk
menjadikannya seorang pendamping.

Tidak ada luapan euphoria kebahagiaan
yang ia tampakkan selain ucapan
singkat yang penuh makna "Alhamdulillah.. jazakillah ummi sudah
membantu... mohon do'a agar diridhai
Allah."

Alhamdulillah, Allah mudahkan proses
ta'aruf serta khitbah mereka, tanpa
ada kendala apapun seperti yang pernah
terjadi sebelumnya.

Padahal ikhwan
shalih yang Allah pilihkan tersebut
berusia 10 tahun lebih muda dari usianya.

Berkomitmen pada sunnah Rasulullah
untuk menyegerakan sebuah pernikahan,
maka rencana akad pun direncanakan satu
bulan kemudian, bertepatan dengan
selesainya adik sang ikhwan menyelesaikan studi di negeri Mesir.

Namun, Allah lah Maha Sebaik-baik
Pembuat keputusan..

Dua minggu menjelang hari pernikahan, sebuah kabar duka pun datang.

Usai 'Aini mengisi sebuah ta'lim, motor yang dikendarainya terserempet sebuah mobil, dan menabrak kontainer di depannya.

'Aini shalihah pun harus meregang nyawa di ruang ICU.

Dua hari setelah
peristiwa itu, rumah sakit yang menanganinya pun menyatakan
menyerah, tidak sanggup berbuat
banyak karena kondisinya yang begitu
parah.

Hanya iringan dzikir disela-sela isak
tangis kami yang berada disana.

Semua keluarga 'Aini juga sang ikhwan pun
sudah berkumpul, mencoba menata hati
bersama untuk pasrah dan bersiap
menerima apapun ketentuanNya.

Kami hanya terus berdo'a agar Allah berikan yang terbaik dan terindah untuknya.

Hingga sesaat, Allah mengizinkan 'Aini
tersadar dan menggerakkan jemarinya.

Rabb.. sebait harapan pun kembali kami
rajut agar Allah berkenan memberikan
kesembuhan, walau harapan itu terus
menipis seiring kondisinya yang semakin melemah.

Hingga kemudian sang ikhwan pun mengajukan sebuah permintaan
kepada keluarga 'Aini.

"Izinkan saya untuk membantunya
menggenapkan setengah dien ini. Jika Allah berkehendak memanggilnya, maka
ia datang menghadap Allah dalam
keadaan sudah melaksanakan sunnah
Rasulullah..."

Permintaan yang membuat kami semua
tertegun. Yakinkah dia dengan
keputusannya?

Dalam kedaaan demikian, akhirnya dua
keluarga besar itupun sepakat memenuhi
permintaan sang ikhwan.

Sang bunda pun membisikkan rencana
tersebut di telinga 'Aini.

Dan baru kali
itulah ummi melihat aliran air mata
mengalir dari sepasang mata jernihnya.

Tepat pukul 16.00, dihadiri seorang
penghulu, orang tua dari dua pihak, serta
beberapa sahabat dan dokter serta
perawat... pernikahan yang penuh tangis
duka itupun dilaksanakan.

Tidak seperti pernikahan lazimnya yang diiringi tangis kebahagiaan, maka pernikahan tersebut penuh dengan rasa yang sangat sulit
terlukiskan.

Khidmat, sepi namun penuh isakan tangis kesedihan.

Tepat setelah ijab kabul terucap, sang
ikhwan pun mencium kening 'Aini serta
membacakan do'a di atas kain perban
putih yang sudah berganti warna
menjadi merah penuh darah yang
menutupi hampir seluruh kepala A'ini.

Lirih, kami pun masih mendengar 'Aini
berucap, "Tolong ikhlaskan saya....."
Hanya lima menit. Ya.. hanya lima menit
setelah ijab kabul itu.

Tangisan pun
memecah ruangan yang tadinya senyap
menahan sesak dan airmata. Akhirnya
Allah menjemputnya dalam keadaan
tenang dan senyum indah.

Dia telah menjemput seorang bidadari...

Sungguh indah karunia dan janji yang
telah Allah berikan padanya...

Dia memang hanya pantas untuk para
mujahid-Nya di Jannah Al Firdausi....

Dan sang ikhwan pun melepas dengan
penuh sukacita dengan iringan tetes air mata yang tidak kuasa ditahannya...

"Saya telah menikahi seorang bidadari..
nikmat mana lagi yang saya dustakan..."

Begitulah sang ikhwan shalih mengutip
ayat Ar Rahman-Nya...

Ya Rabb.. Engkau sebaik-baik pembuat
skenario kehidupan hamba-Mu... maka jadikanlah kami senantiasa dapat
memngambil hikmah dari setiap episode
kehidupan yang Engkau berikan...

-

Ummi's note: Selamat jalan adikku sayang ... engkau memang bidadari surga yang Allah tidak berkenan seorang ikhwan pun di dunia ini yang bisa mendampingi kehidupanmu
kecuali para ikhwan shalih yang
berkhidmat di jalan da'wah dengan
ikhlas, tawadhu dan siap berjihad di
jalan-Nya dan kelak menutup mata
sebagai seorang syuhada....

Selamat jalan 'Aini.... Semoga Allah
memberimu tempat terindah di
surga-Nya....

(Bait kenangan terakhir bersamamu, ummi tidak bisa menulis seindah tulisan-tulisanmu, tapi yakinlah ummi
mengiringimu dengan indahnya do'a... Semoga Allah kumpulkan kita kelak di dalam surga-Nya... Aamiin)

-

Posted by Lia Arlina, edited by @denty_kusuma from @SuperbMother

Go follow @SuperbMother | superbmother.tumblr.com
Tulisan itu adalah kisah nyata, yg menulis sndiri brmn ummuza (panggilan akrabnya istri dr vocalis grup izzis noorohmat) sy kenal baik dg ummuza pertma kali ditulis sktr thn 2009 via multiply, di copy lg ke blog pribadinya ummuza.wp.com
kisah asli yg sengaja di tulis untuk mengenang binaan terbaik ummuza :) beliau (ummuza) bs d hubungi via fb dg aku rumahbundabalita dan web www.rumahbundabalita.com :)

Aku Bangga Pada Suamiku

*cerita ini ku-copas dari facebook Kaligrafi* *bikin mewek pagi-pagi*

Mari kita akan membaca kisah yg penuh hikmah…

Sore itu, menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini seusai ashar.. seorang akhwat datang, tersenyum dan duduk disampingku, mengucapkan salam, sambil berkenalan dan sampai pula pada pertanyaan itu..“Anty sudah menikah ?”.“Belum mbak ”, jawabku .

Kemudian akhwat itu bertanya lagi“ kenapa ?”

hanya bisa ku jawab dengan senyuman. ingin ku jawab karena masih kuliah, tapi rasanya itu bukan alasan.

“Mbak menunggu siapa?” Aku mencoba bertanya .“Nunggu suami” jawabnya..Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya,.“Mbak kerja dimana?”, Entahlah keyakinan apa yang meyakiniku bahwa Mbak ini seorang pekerja, padahal setahu ku, akhwat seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga.

“Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi ”, jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.

“ kenapa?” tanyaku lagi .

Dia hanya tersenyum dan menjawab,

“karena inilah satu cara yang bisa membuat saya lebih hormat pada suami” jawabnya tegas ..Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran . Lagi- lagi dia hanya tersenyum.“Ukhty, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah akan didatangi oleh ikhwan yang sangat mencintai akhirat” ..“Saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7 juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari, es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya. Waktu itu jam 7 malam, suami baru menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Saya capek sekali ukhty. Saat itu juga suami masuk angin dan kepalanya pusing. Dan parahnya saya juga lagi pusing. Suami minta diambilkan air minum, tapi saya malah berkata,.“Abi, Umi pusing nih, ambil sendiri lah! ”.



Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23. 30 saya terbangun dan cepat – cepat sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya . Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalo bukan suami saya? Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci..Astagfirullah, kenapa Abi mengerjakan semua ini? Bukankah Abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap Abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya Abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga.



Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya , Masya Allah, Abi demam, tinggi sekali panasnya. Saya teringat atas perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air minum saja, saya membantahnya. Air mata ini menetes, betapa selama ini saya terlalu sibuk diluar rumah, tidak memperhatikan hak suami saya .”.Subhanallah, aku melihat Mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yang di usapnya..“Anty tau berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600 -700 rb /bulan. 10x lipat lebih rendah dari gaji saya. Dan malam itu saya benar- benar merasa durhaka pada suami saya. Dengan gaji yang saya miliki , saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya, dan setiap kali memberikan hasil jualannya, ia selalu berkata,.“Umi, ,ini ada titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah-mudahan Umi ridho ”, begitu katanya.



Kenapa baru sekarang saya merasakan dalamnya kata- kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong pada nafkah yang diberikan suami saya ”, lanjutnya..“Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah -mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu begitu susah menjaga harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya, dan gampang menyepelekan suami.” Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara..“Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini . Saya sedih, karena orang tua, dan saudara – saudara saya tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Malah mereka membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan orang lain.”.Aku masih terdiam, bisu, mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan..“Kak , kita itu harus memikirkan masa depan. Kita kerja juga untuk anak -anak kita Kak . Biaya hidup sekarang ini besar. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan . Nah kakak malah pengen berhenti kerja . Suami kakak pun penghasilannya kurang . Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai- santai aja dirumah. Salah kakak juga sih, kalo mau jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak , Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal , sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”.

Ceritanya kembali, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat ..“Anty tau , saya hanya bisa nangis saat itu..Saya menangis bukan Karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya dipandang rendah olehnya. Bagaimana mungkin dia maremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia”.“Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membanguni saya untuk sujud dimalam hari. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata -kata lembutnya selalu menenangkan hati saya. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan. “.“Bagaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan , ternyata begitu rendah dihadapannya hanya karena sebuah pekerjaaan. Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya. Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya. Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak -hak suami saya .Semoga saya tak lagi membantah perintah suami. Semoga saya juga ridha atas besarnya nafkah itu. “.“Saya bangga ukhti dengan pekerjaan suami saya, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya , karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan itu. Kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tapi lihatlah suami saya , tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal.”.” Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya. Semoga jika anty mendapatkan suami seperti saya, anty tak perlu malu untuk menceritakan pekerjaan suami anty pada orang lain . Bukan masalah pekerjaannya ukhty , tapi masalah halalnya, berkahnya , dan kita memohon pada Allah , semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram” . Ucapnya terakhi , sambil tersenyum manis padaku. Mengambil tas laptonya, bergegas ingin meninggalkanku.”.Kulihat dari kejauhan seorang ikhwan dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm , meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, meninggalkanku. Wajah itu tenang sekali , wajah seorang istri yang begitu ridha.

Ya Allah….

Sekarang giliran aku yang menangis. Hari ini aku dapat pelajaran paling baik dalam hidupku.

Pelajaran yang membuatku menghapus sosok pangeran kaya yang ada dalam benakku..

Subhanallah..

Rabu, 01 Januari 2014

3 Perasaan Suami yang Tidak Terwakilkan Kata-Kata

Laki-laki memang berbeda dengan perempuan. Ketika keduanya telah menjadi suami istri, perbedaan ini pasti dirasakan dan kadang-kadang menimbulkan masalah jika tidak dipahami dengan baik. Tentang mengungkapkan perasaan, misalnya. 

Sebagai seorang wanita yang menurut penelitian kaum Hawa ini bisa bicara 20 ribu kata, istri biasa mengungkapkan perasaannya langsung dengan kata. Namun, suami yang menurut penelitian hanya bicara sekitar 7 ribu kata sehari, seringkali tidak ‘pandai’ mengungkapkan perasaannya.

Ustadz Cahyadi Takariawan di akun facebook-nya, Rabu (1/1), menjelaskan tiga perasaan suami kepada istri yang sering tidak terungkapkan secara lisan.

1. "Jika di rumah aku tak banyak bicara, jangan anggap aku tak lagi mencintaimu. Aku merasa telah menyatakan cinta dengan perbuatan nyata, seperti bekerja mencari nafkah, pulang ke rumah, berkumpul bersama keluarga, dan lain sebagainya. Aku memang tak pandai merangkai kata-kata cinta".

2. "Jika aku tak pandai bahkan tak bisa merayu, jangan anggap aku tidak memperhatikanmu. Kehadiranku di rumah bersamamu dan anak-anak adalah bukti perhatianku. Aku memang tidak biasa romantis, namun aku selalu berusaha memberikan perhatian semampuku".

3. "Jika aku tak pandai bahkan tak bisa mengekspresikan perasaanku kepadamu, jangan anggap aku tak lagi memerlukanmu. Melihatmu di sampingku saja aku sudah bahagia. Apalagi saat bersama anak-anak. Tentu aku sangat memerlukanmu walau aku tak pernah menyatakan hal itu kepadamu". 

Semoga dengan memahami perbedaan ini, suami istri bisa semakin harmoni dalam berkeluarga. Hingga terwujudlah keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. [IK/Bersamadakwah]

Perayaan Tahun Baru

Pada awalnya, Penguasa Romawi yang menyembah patung-patung dewa yang tak bergerak, Julius Caesar menetapkan 1 Januari sbg HARI PERMULAAN tahun baru semenjak abad ke 46 SM. Org Romawi MEMPERSEMBAHKAN hari ini (1 Januari) kepada Janus, yaitu DEWA segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan (waktu).

Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri, yaitu dewa yang memiliki dua wajah – sebuah wajahnya menghadap ke (masa) depan dan sebuahnya lagi menghadap ke (masa) lalu."
(sumber : The World Book Encyclopedia -1984-, volume 14, halaman 237)

Ritual Perayaan Kaum penyembah berhala di Romawi merayakan tahun baru mereka (atau Hari Janus) dengan mengitari api unggun, meniup terompet, berpesta ria, mabuk-mabukan, bertukar istri, ikut gembira, menyalakan kembang api dan bernyanyi bersama.
Hingga kini ritual itu masih melekat di semua bagian wilayah dunia, tanpa menyadari landasan historis dan ideologisnya.

B. 10 Kerusakan Dalam Perayaan Tahun Baru

1. Merayakan Tahun Baru Berarti Merayakan ‘Ied (Perayaan) yang tidak boleh karena menyalahi aturan Allah dan RasulNya.

Jadi dalam ied terkumpul beberapa hal:

Hari yang berulang semisal idul fitri dan hari Jumat. Berkumpulnya banyak orang pada hari tersebut. Berbagai aktivitas yang dilakukan pada hari itu baik berupa ritual ibadah ataupun non ibadah.

Hukum ied (perayaan) terbagi menjadi dua:

a) Ied yang tujuannya adalah beribadah, mendekatkan diri kepada Allah dan mengagungkan hari tersebut dalam rangka mendapat pahala, atau

b) Ied yang mengandung unsur menyerupai orang-orang jahiliah atau golongan-golongan orang kafir yang lain maka hukumnya adalah bid’ah yang terlarang karena tercakup dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ “Barang siapa yang mengada-adakan amal dalam agama kami ini padahal bukanlah bagian dari agama maka amal tersebut tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Merayakan Tahun Baru Berarti Tasyabbuh (Meniru-niru) Orang Kafir

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ » . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ « وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ »

“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“ HR. Bukhari no. 7319, dari Abu Hurairah.

3. Merekayasa Amalan yang Tanpa Tuntunan di Malam Tahun Baru

4. Terjerumus dalam Kesalahan yang Sangat Besar dengan Mengucapkan Selamat Tahun Baru

5. Meninggalkan Perkara Wajib yaitu Shalat Lima Waktu

6. Begadang Tanpa Ada Hajat

7. Terjerumus dalam Zina 

8. Mengganggu Kaum Muslimin

Merayakan tahun baru banyak diramaikan dengan suara mercon, petasan, terompet atau suara bising lainnya. Ketahuilah ini semua adalah suatu kemungkaran karena mengganggu muslim lainnya, bahkan sangat mengganggu orang-orang yang butuh istirahat seperti orang yang lagi sakit.

9. Meniru Perbuatan Setan dengan Melakukan Pemborosan

10. Menyia-nyiakan Waktu yang Begitu Berharga

Inilah di antara beberapa kerusakan dalam perayaan tahun baru yang kemungkinan salah diantaranya yang kita alami bahkan ada kemungkinannya lebih dari apa yang kami sebutkan itu bisa terjadi. Na’udzu billahi min dzalik. Sebenarnya masih banyak kerusakan lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu dalam tulisan ini karena saking banyaknya. Seorang muslim tentu akan berpikir seribu kali sebelum melangkah karena sia-sianya merayakan tahun baru. Jika ingin menjadi baik di tahun mendatang bukanlah dengan merayakannya. Seseorang menjadi baik tentulah dengan banyak bersyukur atas nikmat waktu yang Allah berikan. Bersyukur yang sebenarnya adalah dengan melakukan ketaatan kepada Allah, bukan dengan berbuat maksiat dan bukan dengan membuang-buang waktu dengan sia-sia. Lalu yang harus kita pikirkan lagi adalah apakah hari ini kita lebih baik dari hari kemarin? Pikirkanlah apakah hari ini iman kita sudah semakin meningkat ataukah semakin anjlok! Itulah yang harus direnungkan seorang muslim setiap kali bergulirnya waktu.

“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (Qs. Hud: 88)

Senin, 30 Desember 2013

REZEKI TAK TERDUGA BAGI YANG MENIKAH

Lelaki itu bercerita, dia menikahi istrinya saat dia berusia 28 tahun. Usia yang cukup matang bagi seorang lelaki untuk mengaruhi pahit getir kehidupan. Katanya, Hasrat seks dan nafsu hanya menggebu di awal pernikahan.

Setelah itu, yang terpenting adalah kasih sayang. Kasih sayang dalam bentuk cerita dan berbagi pengalaman. Mereka biasa melakukannya di tempat tidur menjelang tidur. Atau, saat menonton televisi.

Cerita tentang mereka berdua; mengenang kejadian-kejadian masa lalu pada masa-masa pertama kali berkenalan. Hal yang kerapkali membuat mereka saling menertawakan diri. Bahagia.

Lelaki itu sebenarnya bukan dari keluarga kaya. Orangtuanya juga bukan orang yang berada. Saat memutuskan menikah, penghasilannya pun tidak cukup besar. “Lebih besar dari gajimu sekarang, Lid,” katanya padaku. (aku memperoleh 1.25jt dari kantor saat ini).

Tapi, dia nekad saja. Apalagi, 'calon'nya itu menantangnya untuk datang menemui orangtuanya jika memang benar-benar mencintainya. “Nek sampean bener-bener cinta aku, yo sampean jaluk nang wong tuwoku,” katanya saat itu.

Sempat bimbang, tapi dia memutuskan untuk maju saja. Ia datang sendirian ke rumah orangtua si cewek. Menyatakan maksudnya untuk menikahi putri mereka.

Kedua orangtuanya sempat meragukan lelaki itu. Putri mereka masih kuliah semester satu, sementara sang lelaki hanya berpenghasilan pas-pasan. Tidak punya rumah lagi.

“Mau kamu kasih makan apa anakku?” kata orangtua si perempuan ragu.

“Saya masih punya tabungan sisa-sisa kemarin kok, Pak,” jawab lelaki itu sedikit berbohong. Dia mengaku padaku, saat itu dia tidak punya tabungan sama sekali. Tapi, demi meyakinkan orangtua si perempuan dia harus sedikit berbohong.

Setelah menikah, istrinya yang saat itu baru berumur 23 dan duduk semester 3 kuliah, diboyongnya. Uang kuliah dan biaya sehari-hari, dia yang menanggungnya.

Masih dengan penghasilan yang minim dan pas-pasan. Saat itu, ayahnya tidak memberikannya saku sepeser pun. Tapi, alhamdulillah, kakeknya memberinya Rp 2 juta. Uang dari kakeknya itulah yang dibuatnya untuk membayar sewa kontrakan di Surabaya. Ia mulai lebih giat bekerja dan menabung dari sebelumnya.

Kondisinya masih serba seadanya. Tak ada almari, tak ada kasur, tak ada peralatan dapur, apalagi televisi di kontrakan tersebut. Untuk alas tidur pun, dia belum punya dan belum sanggup membelinya saat itu.

Seketika itu pikirannya langsung teringat pada seorang temannya. Dimintanya temannya itu untuk meminjamkan sebuah karpet untuk alas tidur. “Alhamdulillah, walau belum bisa tidur di kasur, kami sudah punya alas,” terangnya.

Keadaan tersebut berjalan cukup lama hingga anak pertama lahir. Saat itu, rezekinya mulai mengalir. Dia mendapat pekerjaan lain. Ia punya dua pekerjaan. Ia mulai bisa membelikan televisi buat istrinya yang kesepian di rumah. Membelikannya kasur, juga membeli perlengkapan rumah tangga lainnya.

Suatu ketika, dia dapat rezeki uang sebesar 25 juta. Pada saat yang sama, seorang temannya punya uang yang lebih besar. Temannya itu mengajaknya untuk membeli mobil.

“Beli mobil yuk, biar bisa buat jalan-jalan dengan teman-teman,” ajak temannya itu padanya.

“Enggak. Aku mau beli rumah dulu,” jawabnya.

“Ahh … beli rumah gampang, nanti-nanti aja,” temannya itu masih kukuh pengen beli mobil.

Dengan uang seadanya, dia mulai mengkredit sebuah rumah type 36 di sebuah perumahan seharga Rp 80 juta. Dengan DP 20 juta. Bayar bulanannya Rp 750 ribu.

Rumah itu sekarang ditaksir seharga Rp 250 juta. Alhamdulillah, meski harus ngempet dan nabung-nabung, dia masih bisa bertahan meneruskan cicilan rumah itu hingga saat ini. Cicilannya pun tinggal 2 tahun. “Dalam berumah tangga yang penting itu rumah dulu. Kecil-kecil, jelek-jelek gak apa-apa. Kalau suatu saat nanti, ada duit, bisa direnovasi lagi,” pesannya.

Beberapa tahun kemudian, temannya yang memilih untuk membeli mobil itu datang padanya. Dia menawarkan mobil yang dibelinya. Dia menyesal sampai kini punya 3 orang anak, tetap saja ngontrak rumah.

Terakhir dia berpesan, orang menikah itu selalu ada rezekinya. Dan, kita tidak pernah menyangka sebelumnya.

Subhanallah....

Semoga ALLAH senantiasa membukakan pintu jodoh bagi siapa saja yang menginginkan jodoh. Pilihlah agamanya. Mudah-mudahan sebab agamanya baik, engkau mendapatkan jodoh yang baik pula, dan senantiasa dinaungi oleh Rahmat ALLAH Yang Maha Kuasa atas segala nikmat-Nya. Aamiin


sumber: FB Kaligrafi