Rabu, 01 Januari 2014

Perayaan Tahun Baru

Pada awalnya, Penguasa Romawi yang menyembah patung-patung dewa yang tak bergerak, Julius Caesar menetapkan 1 Januari sbg HARI PERMULAAN tahun baru semenjak abad ke 46 SM. Org Romawi MEMPERSEMBAHKAN hari ini (1 Januari) kepada Janus, yaitu DEWA segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan (waktu).

Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri, yaitu dewa yang memiliki dua wajah – sebuah wajahnya menghadap ke (masa) depan dan sebuahnya lagi menghadap ke (masa) lalu."
(sumber : The World Book Encyclopedia -1984-, volume 14, halaman 237)

Ritual Perayaan Kaum penyembah berhala di Romawi merayakan tahun baru mereka (atau Hari Janus) dengan mengitari api unggun, meniup terompet, berpesta ria, mabuk-mabukan, bertukar istri, ikut gembira, menyalakan kembang api dan bernyanyi bersama.
Hingga kini ritual itu masih melekat di semua bagian wilayah dunia, tanpa menyadari landasan historis dan ideologisnya.

B. 10 Kerusakan Dalam Perayaan Tahun Baru

1. Merayakan Tahun Baru Berarti Merayakan ‘Ied (Perayaan) yang tidak boleh karena menyalahi aturan Allah dan RasulNya.

Jadi dalam ied terkumpul beberapa hal:

Hari yang berulang semisal idul fitri dan hari Jumat. Berkumpulnya banyak orang pada hari tersebut. Berbagai aktivitas yang dilakukan pada hari itu baik berupa ritual ibadah ataupun non ibadah.

Hukum ied (perayaan) terbagi menjadi dua:

a) Ied yang tujuannya adalah beribadah, mendekatkan diri kepada Allah dan mengagungkan hari tersebut dalam rangka mendapat pahala, atau

b) Ied yang mengandung unsur menyerupai orang-orang jahiliah atau golongan-golongan orang kafir yang lain maka hukumnya adalah bid’ah yang terlarang karena tercakup dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ “Barang siapa yang mengada-adakan amal dalam agama kami ini padahal bukanlah bagian dari agama maka amal tersebut tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Merayakan Tahun Baru Berarti Tasyabbuh (Meniru-niru) Orang Kafir

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ » . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ « وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ »

“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“ HR. Bukhari no. 7319, dari Abu Hurairah.

3. Merekayasa Amalan yang Tanpa Tuntunan di Malam Tahun Baru

4. Terjerumus dalam Kesalahan yang Sangat Besar dengan Mengucapkan Selamat Tahun Baru

5. Meninggalkan Perkara Wajib yaitu Shalat Lima Waktu

6. Begadang Tanpa Ada Hajat

7. Terjerumus dalam Zina 

8. Mengganggu Kaum Muslimin

Merayakan tahun baru banyak diramaikan dengan suara mercon, petasan, terompet atau suara bising lainnya. Ketahuilah ini semua adalah suatu kemungkaran karena mengganggu muslim lainnya, bahkan sangat mengganggu orang-orang yang butuh istirahat seperti orang yang lagi sakit.

9. Meniru Perbuatan Setan dengan Melakukan Pemborosan

10. Menyia-nyiakan Waktu yang Begitu Berharga

Inilah di antara beberapa kerusakan dalam perayaan tahun baru yang kemungkinan salah diantaranya yang kita alami bahkan ada kemungkinannya lebih dari apa yang kami sebutkan itu bisa terjadi. Na’udzu billahi min dzalik. Sebenarnya masih banyak kerusakan lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu dalam tulisan ini karena saking banyaknya. Seorang muslim tentu akan berpikir seribu kali sebelum melangkah karena sia-sianya merayakan tahun baru. Jika ingin menjadi baik di tahun mendatang bukanlah dengan merayakannya. Seseorang menjadi baik tentulah dengan banyak bersyukur atas nikmat waktu yang Allah berikan. Bersyukur yang sebenarnya adalah dengan melakukan ketaatan kepada Allah, bukan dengan berbuat maksiat dan bukan dengan membuang-buang waktu dengan sia-sia. Lalu yang harus kita pikirkan lagi adalah apakah hari ini kita lebih baik dari hari kemarin? Pikirkanlah apakah hari ini iman kita sudah semakin meningkat ataukah semakin anjlok! Itulah yang harus direnungkan seorang muslim setiap kali bergulirnya waktu.

“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (Qs. Hud: 88)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar