Senin, 30 Desember 2013

REZEKI TAK TERDUGA BAGI YANG MENIKAH

Lelaki itu bercerita, dia menikahi istrinya saat dia berusia 28 tahun. Usia yang cukup matang bagi seorang lelaki untuk mengaruhi pahit getir kehidupan. Katanya, Hasrat seks dan nafsu hanya menggebu di awal pernikahan.

Setelah itu, yang terpenting adalah kasih sayang. Kasih sayang dalam bentuk cerita dan berbagi pengalaman. Mereka biasa melakukannya di tempat tidur menjelang tidur. Atau, saat menonton televisi.

Cerita tentang mereka berdua; mengenang kejadian-kejadian masa lalu pada masa-masa pertama kali berkenalan. Hal yang kerapkali membuat mereka saling menertawakan diri. Bahagia.

Lelaki itu sebenarnya bukan dari keluarga kaya. Orangtuanya juga bukan orang yang berada. Saat memutuskan menikah, penghasilannya pun tidak cukup besar. “Lebih besar dari gajimu sekarang, Lid,” katanya padaku. (aku memperoleh 1.25jt dari kantor saat ini).

Tapi, dia nekad saja. Apalagi, 'calon'nya itu menantangnya untuk datang menemui orangtuanya jika memang benar-benar mencintainya. “Nek sampean bener-bener cinta aku, yo sampean jaluk nang wong tuwoku,” katanya saat itu.

Sempat bimbang, tapi dia memutuskan untuk maju saja. Ia datang sendirian ke rumah orangtua si cewek. Menyatakan maksudnya untuk menikahi putri mereka.

Kedua orangtuanya sempat meragukan lelaki itu. Putri mereka masih kuliah semester satu, sementara sang lelaki hanya berpenghasilan pas-pasan. Tidak punya rumah lagi.

“Mau kamu kasih makan apa anakku?” kata orangtua si perempuan ragu.

“Saya masih punya tabungan sisa-sisa kemarin kok, Pak,” jawab lelaki itu sedikit berbohong. Dia mengaku padaku, saat itu dia tidak punya tabungan sama sekali. Tapi, demi meyakinkan orangtua si perempuan dia harus sedikit berbohong.

Setelah menikah, istrinya yang saat itu baru berumur 23 dan duduk semester 3 kuliah, diboyongnya. Uang kuliah dan biaya sehari-hari, dia yang menanggungnya.

Masih dengan penghasilan yang minim dan pas-pasan. Saat itu, ayahnya tidak memberikannya saku sepeser pun. Tapi, alhamdulillah, kakeknya memberinya Rp 2 juta. Uang dari kakeknya itulah yang dibuatnya untuk membayar sewa kontrakan di Surabaya. Ia mulai lebih giat bekerja dan menabung dari sebelumnya.

Kondisinya masih serba seadanya. Tak ada almari, tak ada kasur, tak ada peralatan dapur, apalagi televisi di kontrakan tersebut. Untuk alas tidur pun, dia belum punya dan belum sanggup membelinya saat itu.

Seketika itu pikirannya langsung teringat pada seorang temannya. Dimintanya temannya itu untuk meminjamkan sebuah karpet untuk alas tidur. “Alhamdulillah, walau belum bisa tidur di kasur, kami sudah punya alas,” terangnya.

Keadaan tersebut berjalan cukup lama hingga anak pertama lahir. Saat itu, rezekinya mulai mengalir. Dia mendapat pekerjaan lain. Ia punya dua pekerjaan. Ia mulai bisa membelikan televisi buat istrinya yang kesepian di rumah. Membelikannya kasur, juga membeli perlengkapan rumah tangga lainnya.

Suatu ketika, dia dapat rezeki uang sebesar 25 juta. Pada saat yang sama, seorang temannya punya uang yang lebih besar. Temannya itu mengajaknya untuk membeli mobil.

“Beli mobil yuk, biar bisa buat jalan-jalan dengan teman-teman,” ajak temannya itu padanya.

“Enggak. Aku mau beli rumah dulu,” jawabnya.

“Ahh … beli rumah gampang, nanti-nanti aja,” temannya itu masih kukuh pengen beli mobil.

Dengan uang seadanya, dia mulai mengkredit sebuah rumah type 36 di sebuah perumahan seharga Rp 80 juta. Dengan DP 20 juta. Bayar bulanannya Rp 750 ribu.

Rumah itu sekarang ditaksir seharga Rp 250 juta. Alhamdulillah, meski harus ngempet dan nabung-nabung, dia masih bisa bertahan meneruskan cicilan rumah itu hingga saat ini. Cicilannya pun tinggal 2 tahun. “Dalam berumah tangga yang penting itu rumah dulu. Kecil-kecil, jelek-jelek gak apa-apa. Kalau suatu saat nanti, ada duit, bisa direnovasi lagi,” pesannya.

Beberapa tahun kemudian, temannya yang memilih untuk membeli mobil itu datang padanya. Dia menawarkan mobil yang dibelinya. Dia menyesal sampai kini punya 3 orang anak, tetap saja ngontrak rumah.

Terakhir dia berpesan, orang menikah itu selalu ada rezekinya. Dan, kita tidak pernah menyangka sebelumnya.

Subhanallah....

Semoga ALLAH senantiasa membukakan pintu jodoh bagi siapa saja yang menginginkan jodoh. Pilihlah agamanya. Mudah-mudahan sebab agamanya baik, engkau mendapatkan jodoh yang baik pula, dan senantiasa dinaungi oleh Rahmat ALLAH Yang Maha Kuasa atas segala nikmat-Nya. Aamiin


sumber: FB Kaligrafi

Kamis, 26 Desember 2013

jawaban untuk anak :-)

Share dr grup sebelah...smg bermanfaat 
mw share saja.

Dari grup ma 18

Jika Anak Bertanya tentang ALLAH

Utamanya pada masa emas 0-5 tahun, anak-anak menjalani hidup mereka dengan sebuah potensi menakjubkan, yaitu rasa ingin tahu yang besar. Seiring dengan waktu, potensi ini terus berkembang (Mudah-mudahan potensi ini tidak berakhir ketika dewasa dan malah berubah menjadi pribadi-pribadi "tak mau tahu" alias ignoran, hehehe). Nah, momen paling krusial yang akan dihadapi para orang tua adalah ketika anak bertanya tentang ALLAH . Berhati-hatilah dalam memberikan jawaban atas pertanyaan maha penting ini. Salah sedikit saja, bisa berarti kita menanam benih kesyirikan dalam diri buah hati kita. Nauzubillahi min zalik, ya...

Berikut ini saya ketengahkan beberapa pertanyaan yang biasa anak-anak tanyakan pada orang tuanya:

Tanya 1: "Bu, Allah itu apa sih?"
Tanya 2: "Bu, bentuk Allahitu seperti apa?"
Tanya 3: "Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?
Tanya 4: "Bu, Allah itu ada di mana?
Tanya 5: "Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?"

Tanya 1: "Bu, Allah itu apa sih?

Jawablah :

"Nak, Allah itu Yang Menciptakan segala-galanya. Langit, bumi, laut, sungai, batu, kucing, cicak, kodok, burung, semuanya, termasuk menciptakan nenek, kakek, ayah, ibu, juga kamu." (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

Tanya 2: "Bu, bentuk Allah itu seperti apa?"

Jangan jawab begini :

"Bentuk Allah itu seperti anu ..ini..atau itu...." karena jawaban seperti itu pasti salah dan menyesatkan.

Jawablah begini :

"Adek tahu 'kan, bentuk sungai, batu, kucing, kambing,..semuanya.. nah, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa pun yang pernah kamu lihat. Sebut saja bentuk apa pun, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa yang akan kamu sebutkan." (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

فَاطِرُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ‌ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ أَزۡوَٲجً۬ا‌ۖ يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِ‌ۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَىۡءٌ۬‌ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ (١١)

[Dia] Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan [pula], dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. Asy-Syura:11)

Tanya 3: "Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?

Jangan jawab begini :

Karena Allah itu gaib, artinya barang atau sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Jawaban bahwa Allah itu gaib (semata), jelas bertentangan dengan ayat berikut ini.

Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zahir dan Yang Batin ; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. [Al-Hadid (57) : 3]

Dikhawatirkan, imajinasi anak yang masih polos akan mempersamakan gaibnya Allah dengan hantu, jin, malaikat, bahkan peri dalam cerita dongeng. Bahwa dalam ilmu Tauhid dinyatakan bahwa Allah itu nyata senyata-nyatanya; lebih nyata daripada yang nyata, sudah tidak terbantahkan.

Apalagi jika kita menggunakan diksi (pilihan kata) "barang" dan "sesuatu" yang ditujukan pada Allah. Bukankah sudah jelas dalil Surat Asy-Syura di atas bahwa Allah itu laysa kamitslihi syai'un; Allah itu bukan sesuatu; tidak sama dengan sesuatu; melainkan Pencipta segala sesuatu.

Meskipun segala sesuatu berasal dari Zat-Sifat-Asma (Nama)-dan Af'al (Perbuatan) Allah, tetapi Diri Pribadi Allah itu tidak ber-Zat, tidak ber-Sifat, tidak ber-Asma, tidak ber-Af'al. Diri Pribadi Allah itu tidak ada yang tahu, bahkan Nabi Muhammad Saw. sekali pun. Hanya Allah yang tahu Diri Pribadi-Nya Sendiri dan tidak akan terungkap sampai akhir zaman di dunia dan di akhirat.

[Muhammad melihat Jibril] ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu Yang Meliputinya. Penglihatannya [Muhammad] tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak [pula] melampaui-Nya. (Q.S. An-Najm: 16-17) {ini tafsir dari seorang arif billah, bukan dari saya pribadi. Allahua'lam}

Jawablah begini :

"Mengapa kita tidak bisa melihat Allah?"

Bisa kita jawab dengan balik bertanya padanya (sambil melatih adik comel berpikir retoris )

"Adik bisakah nampak matahari yang terang itu langsung? Tidak 'kan..karena mata kita bisa jadi buta. Nah,melihat matahari aja kita tak sanggup. Jadi,Bagimana kita mau melihat Pencipta matahari itu. Iya 'kan?!"

Atau bisa juga beri jawaban :

Adek, lihat langit yang luas dan 'besar' itu 'kan? Yang kita lihat itu baru secuil dari bentuk langit yang sebenarnya. Adek gak bisa lihat ujung langit 'kan?! Nah, kita juga gak bisa melihat Allah karena Allah itu Pencipta langit yang besar dan luas tadi. Itulah maksud kata Allahu Akbar waktu kita salat. Allah Mahabesar.

Bisa juga dengan simulasi sederhana seperti pernah saya ungkap di postingan "Melihat Tuhan".

Silakan hadapkan bawah telapak tangan Adek ke arah wajah. Bisa terlihat garis-garis tangan Adek 'kan? Nah, kini dekatkan tangan sedekat-dekatnya ke mata Adek. Masih terlihat jelaskah jemari Sobat setelah itu?

Kesimpulannya, kita tidak bisa melihat Allah karena Allah itu Mahabesar dan teramat dekat dengan kita. Meskipun demikian, tetapkan Allah itu ADA. "Dekat tidak bersekutu, jauh tidak ber-antara."

Tanya 4: "Bu, Allah itu ada di mana ?

Jangan jawab begini :

"Nak, Allah itu ada di atas..di langit..atau di surga atau di Arsy."
Jawaban seperti ini menyesatkan logika anak karena di luar angkasa tidak ada arah mata angin atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang. Lalu jika Allah ada di langit, apakah di bumi Allah tidak ada? Jika dikatakan di surga, berarti lebih besar surga daripada Allah...berarti prinsip Allahu Akbar itu bohong? [baca juga Ukuran Allahu Akbar]

Dia bersemayam di atas ’Arsy. <-- Ayat ini adalah ayat mutasyabihat, yaitu ayat yang wajib dibelokkan tafsirnya. Kalau dalam pelajaran bahasa Indonesia, kita mengenal makna denotatif dan konotatif, nah.. ayat mutasyabihat ini tergolong makna yang konotatif.

Juga jangan jawab begini :

"Nak, Allah itu ada di mana-mana."

Dikhawatirkan anak akan otomatis berpikiran Allah itu banyak dan terbagi-bagi, seperti para freemason atau politeis Yunani Kuno.

Jawablah begini :

"Nak, Allah itu dekat dengan kita. Allah itu selalu ada di hati setiap orang yang saleh, termasuk di hati kamu, Sayang. Jadi, Allah selalu ada bersamamu di mana pun kamu berada."

"Qalbun mukmin baitullah", 'Hati seorang mukmin itu istana Allah." (Hadis)

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 186)

Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.(Q.S. Al-Hadiid: 4)

Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 115)

Allah sering lho bicara sama kita.. misalnya, kalau kamu teringat untuk bantu Ibu dan Ayah, tidak berantem sama kakak, adek atau teman, tidak malas belajar, tidak susah disuruh makan,..nah, itulah bisikan Allah untukmu, Sayang." (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. Al-Baqarah: 213)

Tanya 5: "Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?"

Jangan jawab begini :

"Karena kalau kamu tidak menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke neraka. Kalau kamu menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke surga."

Jawaban seperti ini akan membentuk paradigma (pola pikir) pamrih dalam beribadah kepada Allah bahkan menjadi benih syirik halus (khafi). Hal ini juga yang menyebabkan banyak orang menjadi ateis karena menurut akal mereka,"Masak sama Allah kayak dagang aja! Yang namanya Allah itu berarti butuh penyembahan! Allah kayak anak kecil aja, kalau diturutin maunya, surga; kalau gak diturutin, neraka!!"

"Orang yang menyembah surga, ia mendambakan kenikmatannya, bukan mengharap Penciptanya. Orang yang menyembah neraka, ia takut kepada neraka, bukan takut kepada Penciptanya." (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)

Jawablah begini :

"Nak, kita menyembah Allah sebagai wujud bersyukur karena Allah telah memberikan banyak kebaikan dan kemudahan buat kita. Contohnya, Adek sekarang bisa bernapas menghirup udara bebas, gratis lagi.. kalau mesti bayar, 'kan Ayah sama Ibu gak akan bisa bayar. Di sungai banyak ikan yang bisa kita pancing untuk makan, atau untuk dijadikan ikan hias di akuarium. Semua untuk kesenangan kita.

Kalau Adek gak nyembah Allah, Adek yang rugi, bukan Allah. Misalnya, kalau Adek gak nurut sama ibu-bapak guru di sekolah, Adek sendiri yang rugi, nilai Adek jadi jelek. Isi rapor jadi kebakaran semua. Ibu-bapak guru tetap saja guru, biar pun kamu dan teman-temanmu gak nurut sama ibu-bapak guru. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam. (Q.S. Al-Ankabut: 6)

Katakan juga pada anak:

"Adek mulai sekarang harus belajar cinta sama Allah, lebih daripada cinta sama Ayah-Ibu, ya?! (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

"Kenapa, Bu ?"

"Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal dunia, sedangkan Allah tidak pernah mati. Nah, kalau suatu hari Ayah atau Ibu meninggal, kamu tidak boleh merasa kesepian karena Allah selalu ada untuk kamu. Nanti, Allah juga akan mendatangkan orang-orang baik yang sayang sama Adek seperti sayangnya Ayah sama Ibu. Misalnya, Paman, Bibi, atau para tetangga yang baik hati, juga teman-temanmu."

Dan mulai sekarang rajin-rajin belajar Iqra supaya nanti bisa mengaji Quran. Mengaji Quran artinya kita berbicara sama Allah. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis).

Allahua'lam.

sumber asli : Jika Anak Bertanya tentang Tuhan | Muxlimo's

Kultwit ustadz @salimafillah tentang Natal

1. Natal ini, terkenang ujaran Allahu yarham KH Abdullah Wasi’an (kristolog Jogja -red); “Saudara-saudaraku Nashara terkasih, beda antara kita tidaklah banyak.”

2. Wasi’an: “Kalian mengimani Musa, juga ‘Isa. Kamipun sama. Tambahkanlah satu nama; Muhammad. Maka sungguh kita tiada beda.”

3. Wasi’an: “Kalian imani Taurat, Zabur, & Injil. Kamipun demikian. Tambahkan Al Quran, maka sungguh kita satu tak terpisahkan.”

4. Sungguh adanya kerahiban jadikan kalian lembut hati & dekat pada kami; sementara Yahudi & musyrik musuh terkeras kita. (QS 5: 82).

5. Tapi mungkin memang sudah tabiat ‘aqidah, satu sama lain tak rela jika kita tak serupa dalam agama secara sepenuhnya. (QS 2: 120).

6. Bagaimanapun, selama kita tak saling memerangi & usir-mengusir tersebab iman, tak terlarang kita saling berkebajikan. (QS 60: 8).

7. Maka inilah kita mencari titik singgung iman demi kebersamaan; itulah pengakuan ke-Ilahi-an Allah tanpa persekutuan. (QS 3: 64).

8. Tetapi kami insyafi sepenuhnya, yakin di dada tak bisa dipaksakan. Kami hormati segala nan tak bisa dipertemukan. (QS 109: 6).

9. Dalam keberbedaan itu, izinkan kami tetap mencintai ‘Isa & Maryam, meski kami tak bisa memohon kalian mentakjubi Muhammad.

10. Izinkan jua kami, membaca dengan berkaca-kaca betapa indah Surat dalam Quran yang berjudul Maryam. Gadis tersuci sepanjang zaman.

11. Najasyi Habasyah & Uskup-uskupnya, juga para Patriarkh Najran menitikkan airmata, dibacakan Surat Maryam. Berkenankah kalian jua?

12. Ini sungguh bukti bahwa Allah, Nabi, & Al Quran kami mengajarkan pemuliaan nan mengharukan pada Maryam & ‘Isa yang tiada duanya.

13. Termuliakanlah ‘Isa dengan penciptaan & kelahiran nan ajaib yang bagi kami begitu agung sebagaimana penciptaan Adam. (QS 3: 59).

14. Termulialah ‘Isa nan bicara dalam buaian. Salam sejahtera baginya di saat lahir, kelak diwafatkan, & nantinya dibangkitkan. (QS 19: 33)

15. Saudara Nasrani terkasih; kami mencintai ‘Isa, Nabi & RasulNya. Ruh & kalimatNya, yang ditiup-tumbuhkan dalam rahim suci Maryam.

16. #Natal ini, kalian rayakan kelahiran ‘Isa yang agung; tapi bagi kami tanggal 25 Desembernya agak membuat terkerut dahi bertanya-tanya.

17. Sebab Maryam nan sungguh berat ujiannya itu bersalin di saat kurma masak penuh tandannya. Kemungkinan itu Maret, bukan Desember.

18. Maafkan jika menyinggung hati, tapi sungguh telah ditulis para Sejarawan, 25 Des itu hari kelahiran Janus & Mitra, Dewa Matahari.

19. Sungguhpun ingin rasanya syukuri lahirnya Rasul Ulul ‘Azmi nan teguh hati; ‘Isa, agak tak nyaman hati kami dengan hari pagan ini.

20. Sayangnya, hampir seluruh gereja sudah menyepakatinya, sampai seorang Sejarawan memelesetkan ‘Son of God’ sebagai ‘Sun of God’.

21. Itulah awal-awal yang membuat kami berat hati untuk ucapkan Salam Natal. Ini harinya Janus & Mitra. Bukan harinya ‘Isa, kawan terkasih.

22. Tentu tradisi ribuan tahun dengan salju & cemara, pohon sesembahan pagan Eropa itu tak bisa kami paksa untuk diubahkan seenaknya.

23. Tinggal kini, dalam hasrat hati tuk membalas penghormatan yang kalian berikan di ‘Idul Fitri & Adhha, kami kan simak para ‘ulama.

24. Sungguh, agama ini memerintahkan untuk membalas tiap pemuliaan dengan penghargaan yang lebih baik, minimal senilainya. (QS 4: 86)

25. Yang disepakati para ‘ulama atas keharamannya adalah keterlibatan dalam segala yang bernilai ritual & ibadah. Pun jua Fatwa MUI.

26. Jika keterlibatan dalam kegiatan Natal nan bersifat ibadah & ritual disepakati haramnya, para ‘ulama ikhtilaf pada soal ucapan selamat.

27. Yang membolehi selamat Natal al Dr. Musthafa Az Zarqa, Dr. Yusuf Al Qaradlawy; menyebut tahniah tak terkait dengan ridha atas ‘aqidah.

28. Tahniah Natal, kata keduanya; bisa menjadi da’wah sebagaimana Ibrahim bicara tentang tertuhannya bintang, bulan, mentari. (QS 6: 77-83)

29. Oh iya, QS 6: 77-83 TIDAK berkisah tentang ‘Ibrahim Mencari Tuhan’, tapi ‘Ibrahim Berda’wah’, demikian ditegaskan Al Qurthuby.

30. Maka tahni-ah Natal yang diikuti komunikasi intensif sebagaimana dilakukan Ibrahim pada penyembah bintang, bulan, mentari adalah indah.

31. Dr. Abdussattar memberi catatan kemubahan tahni-ah Natal ini dengan kehati-hatian memilih diksi. Doa menuju hidayah lebih dianjurkan.

32. Adapun Al ‘Utsaimin, Lajnah Fatwa KSA (Kerajaan Saudi Arabia), dll cenderung mengharamkan tahni-ah Natal tersebab hal itu sama dengan meridhai ‘aqidah keliru.

33. Jadi ikhtilaf ‘Ulama terkait tahni-ah Natal ini ada di ranah pemaknaan kalimat ucapan tersebut. Masing-masingnya lalu mengajukan dalil.

34. Ulamapun berfatwa sesuai konteks di seputarnya, tentu ada perbedaan lingkungan sosial nan melatarbelakangi fatwa nan tak sama.

35. Lajnah Fatwa KSA & Al Utsaimin menjawab di negeri yang nyaris tiada Nasrani. Al Qaradlawy&Az Zarqa berfatwa tuk masyarakat majemuk.

36. Bagaimana sikap atas beda fatwa ucapan Natal? Kata Asy-Syafi’i, Al Khuruj minal Ikhtilaafi Mustahabb: keluar dari selisih itu disukai.

37. Dengan jernih hati & mengukur kapasitas diri, kita bisa mempertimbangkan kedua-duanya. Ada keadaan-keadaan yang harus dicermati.

38. Ikhtilaf ahli ilmu insyaaLlah menjadi kemudahan bagi kita untuk beramal yang tak sekedar benar, melainkan juga tepat & cerdas.

39. Akan ada yang menghajatkan fatwa Al Qaradlawy & Az Zarqa, al; di wilayah muslim minoritas, keluarga majemuk nan erat hubungan dll .

40. Akan ada juga yang hajatkan fatwa Al ‘Utsaimin pada posisi memelihara ‘izzah agama. Misalnya Raja KSA sebagai Khadimul Haramain.

41. Kata Abu Hanifah; yang terpenting BUKAN mengamalkan pendapat kami atau tidak. Melainkan mengetahui bagaimana kami menetapkannya.

42. Dan adalah dosa; mengatasnamakan ‘ulama tuk haramkan sesuatu; padahal mereka tidak; cermati misalnya Fatwa MUI ini: http://media.isnet.org/antar/etc/NatalMUI1981.html

43. Mengamalkan atau tak mengamalkan; jauh lebih ringan dari soal menghalalkan & mengharamkan; karena ia adalah haq Pembuat Syari’at.

44. Sebab itu; para ‘Ulama mengistilahkan beda pendapat Fiqh dalam dimensi SHAWAB (tepat) & KHATHA’ (keliru), bukannya HAQ & BATHIL.

45. Maka dengan ilmu memadai, mari beramal terbaik bagi iman kita pada Allah, bagi misi kita sebagai ummat terbaik di tengah manusia.

46. Demikian bincang Natal. Semoga tak kecewa karena jawabnya tak satu. Sebab Salim, terlalu bodoh untuk lancang mentarjih ikhtilaf Ulama;)

*sumber: http://www.donasidakwah.com/2011/12/kultwit-ustadz-salim-fillah-tentang.html?m=1

Ana teringat kembali akan nasehat Syaikhut Tarbiyah Almarhum Ustadz Rahmat Abdullah Allahu Yarham...

Dakwah adalah Cinta...

Memang seperti itu dakwah.
Dakwah adalah cinta.
Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.

Sampai pikiranmu.
Sampai perhatianmu.
Berjalan, duduk, dan tidurmu.

Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah.
Tentang umat yang kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu dakwah.
Menyedot saripati energimu.
Sampai tulang belulangmu.
Sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentamu.
Tubuh yang luluh lantak diseret-seret.
Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah.
Beliau memang akan tua juga.
Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yang diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz.
Dia memimpin hanya sebentar.
Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung.
Tidak ada lagi orang miskin yang bisa diberi sedekah.
Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.
Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja.
Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok.
Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal.
Toh memang itu yang diharapkannya, mati sebagai jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik.
Kepalanya sampai botak.
Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana.

Kurang heroik..?

Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah.
Luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan.
Bukannya tidak membosankan.
Dakwah bukannya tidak menyakitkan.
Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak...!!!

Justru kelelahan.
Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya.

Setiap hari.
Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.
Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani.
Justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi.

Akhirnya menjadi adaptasi.
Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah.
Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman.
Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit.
Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka.
Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar.
Saat Rasulullah wafat, ia histeris.
Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk.
Bukannya tidak cinta pada abu Bakar.
Tapi saking seringnya “ditinggalkan”, hal itu sudah menjadi kewajaran.
Dan menjadi semacam tonik bagi iman.

Karena itu kamu tahu.
Pejuang yang heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore.
Yang takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu.

Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah.
Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar.
Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar.

Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati,

“ya Allah, berilah dia petunjuk, sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang.“

Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak.
Jasadnya dikoyak beban dakwah.
Tapi iman di hatinya memancarkan cinta.
Mengajak kita untuk terus berlari.

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”
(alm. Ust Rahmat Abdullah)

Kalau iman dan syetan terus bertempur.
Pada akhirnya salah satunya harus mengalah.

In memoriam Ust. Rahmat Abdullah La’allanaa fii barokatillah...

Ya Allah, karuniakanlah kami panasnya iman yang mampu membakar ruh HAMASAH untuk terus bermujahadah dengan penuh kesabaran...

Aamiin.
#Lelah_itu_Nikmat_karena_Dakwah_adalah_Cinta

Ana teringat kembali akan nasehat Syaikhut Tarbiyah Almarhum Ustadz Rahmat Abdullah Allahu Yarham...

Dakwah adalah Cinta...

Memang seperti itu dakwah.
Dakwah adalah cinta.
Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.

Sampai pikiranmu.
Sampai perhatianmu.
Berjalan, duduk, dan tidurmu.

Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah.
Tentang umat yang kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu dakwah.
Menyedot saripati energimu.
Sampai tulang belulangmu.
Sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentamu.
Tubuh yang luluh lantak diseret-seret.
Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah.
Beliau memang akan tua juga.
Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yang diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz.
Dia memimpin hanya sebentar.
Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung.
Tidak ada lagi orang miskin yang bisa diberi sedekah.
Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.
Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja.
Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok.
Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal.
Toh memang itu yang diharapkannya, mati sebagai jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik.
Kepalanya sampai botak.
Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana.

Kurang heroik..?

Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah.
Luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan.
Bukannya tidak membosankan.
Dakwah bukannya tidak menyakitkan.
Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak...!!!

Justru kelelahan.
Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya.

Setiap hari.
Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.
Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani.
Justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi.

Akhirnya menjadi adaptasi.
Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah.
Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman.
Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit.
Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka.
Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar.
Saat Rasulullah wafat, ia histeris.
Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk.
Bukannya tidak cinta pada abu Bakar.
Tapi saking seringnya “ditinggalkan”, hal itu sudah menjadi kewajaran.
Dan menjadi semacam tonik bagi iman.

Karena itu kamu tahu.
Pejuang yang heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore.
Yang takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu.

Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah.
Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar.
Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar.

Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati,

“ya Allah, berilah dia petunjuk, sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang.“

Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak.
Jasadnya dikoyak beban dakwah.
Tapi iman di hatinya memancarkan cinta.
Mengajak kita untuk terus berlari.

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”
(alm. Ust Rahmat Abdullah)

Kalau iman dan syetan terus bertempur.
Pada akhirnya salah satunya harus mengalah.

In memoriam Ust. Rahmat Abdullah La’allanaa fii barokatillah...

Ya Allah, karuniakanlah kami panasnya iman yang mampu membakar ruh HAMASAH untuk terus bermujahadah dengan penuh kesabaran...

Aamiin.
#Lelah_itu_Nikmat_karena_Dakwah_adalah_Cinta

Kamis, 19 Desember 2013

Sang bintang saya simpan dulu namanya, dia seorang tokoh nasional. Cukup bisa membuat yg lagi makan berhenti makan, yg nyruput kopi terdiam..

Dia awali dg menyapa hadirin dari kalangan anak muda, pelajar dan mahasiswa. Beberapa perwakilan komunitas, anak BEM dan Osis juga ada.

"Saudara2 skalian, saya tdk suka menggunakan kata adek2 krn selisih usia kita tdk terlalu jauh," katanya "Ehaa.." sambut yg hadir.

Saya ingin mnceritakan pengalaman yg mempengaruhi keseluruhan hidup saya. 1) Pengalaman sekolah yg pindah-pindah. Pernah sekolah di Ambon,

Di Maluku Tenggara, Tual, itu di sekolah Kristen namanya SD Matias. Lalu pulang ke Makasar, masuk SD Negeri. Sorenya di Madrasah NU.

Waktu SMP dan SMA saya sekolah di sekolah Muhammadiyah. Kuliah saya (S1) sekolah di sekolah Saudi. Jd cukup lengkap. Dari segi pergaulan...

Sejak kecil sudah lintas ormas dan juga lintas agama. Waktu jadi sekjen saya umur 29 th (sekarang 45). Saya ikut pendidikan di Lemhanas.

Tapi kalau riwayat kuliah saya tdk terlalu bagus, saya selesai S1 syariah dulu, entah dg cara bgmana mbuat skolah saya akhirnya tdk lanjut sampai sekarang..

Waktu selesai S1 saya dpt beasiswa ke Arab Saudi. Ada 15 org yg dites, dan saya waktu itu no.1 diantara yg dites.. "Wuw.."

Tapi saya umroh th 96 dan istikarah di Masjidil Haram. Apakah saya ambil atau tdk beasiswa, hasilnya: Tidak.

Th 98 saya ditawari lg beasiswa ke Amerika, sambil mengajar di LA. Saya sudah ke AS melihat tempat dimana saya akan mengajar dan dimana saya akan kuliah. Tapi setelah itu...

Saya umroh lagi dan shalat istikarah lagi.. hasilnya: Tidak. Jadi saya tdk jadi kuliah, lagi. (Hadirin ketawa.. hahaha, 2x gak jadi kulaiah..)

Saya kmbali ke Indonesia, mengajar di UI 3th 96-98. Saya ikut 98 itu program S2 di UI Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik 1 semester.

Pada malam ujiannya, kita sedang menyusun AD/ART partai. Saya ada di tim (penyusun AD/ART) itu, sejak itu tdk ikut ujian dan tdk pernah datang lg ke UI.. ha3x

Th 2000 saya diundang ke Australi, berceramah di Melbourne University di program Indonesia, di seblahnya ada prog. Asian language & culture.

Saya ditawari prog.S2 langsung diupgrade ke S3 wkt itu, kira 2,5th jd PhD. Saya smangat skali mau ambil trus pulang ke Indonesia, konsultasi...

Konsultasi ke DR.Salim alJufri, ini guru saya, sekarang jd Menteri Sosial. Jawaban beliau..

Kamu mau ambil Doktor? Iya, mw keluar sedikit dari politik, biar dpt PhD. Dia bilang, Tdk perlu. Nanti kamu ambil Doktor di jalan sj. Hihihi..

Sejak itu saya gak kuliah sampai skarang, itulah sbabnya gelar saya hanya Lc. Sahabat saya bilang, "Lc ini langka tolong di pertahankan..." :)

Pada dasarnya saya tdk suka ujian waktu sekolah dulu. Walau saya berprestasi sejak Smp Sma Kuliah slalu ada di mahasiswa teladan, tapi...

Saya tdk suka ujian. Krn menurut saya itu membatasi ruang gerak kita dlm membaca. ("betul..betul.." anak osis nyeletuk dari belakang!)

Sejak Smp dulu saya lbh suka membaca diluar dari membaca pelajaran. Saya baca bukuya bung Karno kls 3 smp, Menyambung Lidah Rakyat 600 hal.

Sejak smp sampai kuliah saya terbiasa aktif membaca tiap hari selama 2 jam di jam kuliah antara 7-12. Diluar jam kuliah saya mengulang 2 jam.

Sisanya saya membaca 5 jam diluar jam pelajaran itu. Jadi sore saya belajar scr otodidak. Saya kira tradisi membaca inilah yg membantu...

Memahami, hingga sekarang kita masuk ke realitas kehidupan benar2 beda dg background pendidikan kita.

Suatu fakta bhw apa yg kita pelajari di sekolah umumnya hanya sedikit sekali yg berhubungan dg kehidupan kita yg nyata. ("Spakat!" #cletukan)

Apalagi skarang ini Learning Source orang, sumber2 pembelajaran itu sdh sgt terbuka, shg di AS bnyk buku2 yg judulnya Don't go to school..

Krn sekolah skarang ini smakin tdk bisa menawarkan apa2 yg kita perlukan dlm hidup. Iyakan? ("Iya pak" #celetukan anak Osis lagi dr blakang)

Kebanyakan yg kita peroleh dlm hidup yg kita ktahui itu adalah hal yg kita pelajari sendiri dan bukan yg diajarkan. (Anak2 makin terperangah)

Itu sebabnya salah satu yg saya pikirkan kalau kita ingin memimpin negeri ini dg baik, mengubahnya kedepan yg lbh baik, agenda utama adalah...

Mereformasi Pendidikan. Saya ingin org yg belajar di tingkat dasar itu belajar, the logic of life logika hidup. Itu yg perlu dipelajari..

Contoh misalnya, anda disini waktu kecil di keluarga tdk pernah mndpt pendidikan finansial. Waktu SD SMP SMA jg tdk mndptkannya...

Waktu kuliahpun saya yakin tdk mdptkan pendidikan finansial, shg kita org Indonesia rata jd mahluk paling manja di planet ini.

Dari 0-25th bea hidup kita ditanggung oleh keluarga besar. Stlh itu kita menikah 1, 2th pertama bea hidup kita ditanggung oleh mertua (xi3)

Jd ada satu faktor dlm hidup yg sangat mnentukan kualitas hidup kita yaitu sisi finansial, tapi ini yg paling tdk pernah kita pelajari.

Jadi hidup kita ini sangat tdk logis. Hal2 yg sngt perlu dlm hidup justru itulah yg paling tdk pernah kita pelajari.

Maka jika ada pelajran penting yg perlu dimasukkan dlm kurikulum pendidikan kita itu adl pendidikan yg membuat org jd logis dlm hidup.

Itu yg saya sebut the logic of life jk mau mengubah habit orang dari sekarang.

Hanya dg sjak awal membangun konstruksi berpikir yg bagus, sejak kecilnya, insyaAllah org2 ini bisa melakukan banyak hal nantinya setelah mrk dewasa.

Faktor yg menentukan masa depan Indonesia itu adl kebudayaan. Yg kedua adl faktor demografi. Jd wajar masa depan Indonesia itu ditentukan oleh saudara2 yg ada di ruangan ini skrg.

(Sesaat #dramatic_pause, lalu hadirin bertepuk tangan.. "hwuwh.." #mrasatersanjung)

Saya menyebut anda ini semuanya masuk ke kelompok the new majority, mayoritas baru yg akan membentuk masa depan Indonesia.

Semua agenda pembangunan bangsa ini hrs ditujukan kpd populasi yg berumur 45 th ke bwh. Krn jlhnya lbh dr 60% dr total populasi Indonesia.

Jk kita tdk mengelola kekuatan baru bangsa ini, semua mimpi2 yg disebutkan org dlm banyak ceramah politik itu tdk akan pernah jd kenyataan.

Krn dibuat suatu program yg dibawahnya itu tdk ada permintaannya. Smntara ada permintaan di bwh yg tdk bisa di deliver oleh pemimpin.

Krn itu saya skarang, di tim saya di DPP sya melibatkan anak2 SMA sbg tim pemenangan. Mhs/mhswi banyak di tim saya terutama di tim kreatif.

Saya percaya ini dr kata Umar bin Khattab, "Jika saya mnghadapi maslah besar, sy panggil anak2 muda, krn mrk lbh tajam berpikir drpd org tua".

Skali lg masa depan Indonesia ini adalah anda semuanya, dan apa yg penting kita bangun skarang adalah habit, karakter, budaya, kultur...

Masa depan yg kita hadapi ini serba tdk pasti, termasuk di sekolah, apa yg anda pelajari sekarang, itu adl barang lama smuanya.. (#terperangah)

Temasuk di science, misalnya. Anda mempelajari hal yg sdh selesai, bgtu anda selesai mempelajarinya, itu sdh ada hal2 baru yg tdk anda tahu.

Yg lbh penting scr ekonomi, blm tentu pekerjaan anda nanti sesuai dg latar belakang pendidikan anda.

Saya misalnya backgroundnya hukum islam (syariah, LIPIA), awalnya saya adl guru bhs arab, sekarang terdampar jd politisi. Saya pernah jd wakil ketua DPRRI memegang ekonomi keuangan.

Semua ini ilmu baru yg kita pelajari scr otodidak. Jd apa yg anda perlukan? Yg diperlukan adlh Tradisi Belajar.

Bukan mengejar Prestasi Belajar. Jd boleh jd ada yg berprestasi di sekolah belum tentu akan sukses dilapangan.

Kecuali kalau anda punya tradisi belajar, disamping punya prestasi belajar yg sudah ada.

Tradisi belajar itu artinya apa? Bhw anda senantiasa berpikir apa yg anda pahami itu tdk pernah cukup. Ada satu buku yg saya anjurkan dibaca...

Judulnya adalah Five Minds for the Future, lima hal utk menghadapi masa depan, anda bisa search di internet, sngt berguna utk anda smuanya.

Jk saya berhasil meyakinkan saudara ttg 5 mindset utk masa dpn ini, kira2 spt itulah masa depan Indonesia yg saya inginkan juga.

Anda adl pelaku yg paling penting di masa yg akan datang dari Indonesia yg sekarang kita rancang.

Mudah2n di tangan saudara2 smuanya... Indonesia yg ada sekarang ini mnjadi lebih baik dr Indonesia selanjutnya. Amiin.

Rabu, 18 Desember 2013

Dr grup ODOJ ��
Kisah Inspiratif Hari Ini...

Setiap selesai sholat jum'at tiap pekannya, seorang imam (masjid) dan anaknya (yg berumur 11 tahun) mempunyai jadwal membagikan buku – buku islam, diantaranya buku at-thoriq ilal jannah (jalan menuju surga). Mereka membagikannya di daerah mereka di pinggiran Kota Amsterdam.
***

Namun tibalah suatu hari, ketika kota tersebut diguyuri hujan yang sangat lebat dengan suhu yang sangat dingin.

Sang anakpun mempersiapkan dirinya dengan memakai beberapa lapis pakaian demi mengurangi rasa dingin. Setelah selesai mempersiapkan diri, ia berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, aku telah siap" ayahnya menjawab : "Siap untuk apa?" , ia berkata: "Untuk membagikan buku (seperti biasanya)", sang ayahpun berucap: "Suhu sangat dingin diluar sana, belum lagi hujan lebat yang mengguyur", sang anak menimpali dengan jawaban yang menakjubkan : "akan tetapi, sungguh banyak orang yang berjalan menuju neraka diluar sana dibawah guyuran hujan".
Sang ayah terhenyak dengan jawaban anaknya seraya berkata: "Namun ayah tidak akan keluar dengan cuaca seperti ini", akhirnya anak tersebut meminta izin untuk keluar sendiri. Sang ayah berpikir sejenak dan akhirnya memberikan izin. Iapun mengambil beberapa buku dari ayahnya untuk dibagikan, dan berkata: "terimakasih wahai ayahku".
***

Dibawah guyuran hujan yang cukup deras, ditemani rasa dingin yang menggigit, anak itu membagikan buku kepada setiap orang yang ditemui. Tidak hanya itu, beberapa rumahpun ia hampiri demi tersebarnya buku tersebut.
***

Dua jam berlalu, tersisalah 1 buku ditangannya. Namun sudah tidak ada orang yang lewat di lorong tersebut. Akhirnya ia memilih untuk menghampiri sebuah rumah disebrang jalan untuk menyerahkan buku terakhir tersebut.

Sesampainya di depat rumah, iapun memencet bel, tapi tidak ada respon. Ia ulangi beberapa kali, hasilnya tetap sama. Ketika hendak beranjak seperti ada yang menahan langkahnya, dan ia coba sekali lagi ditambah ketukan tangan kecilnya. Sebenarnya ia juga tidak mengerti kenapa ia begitu penasaran dengan rumah tersebut.

Pintupun terbuka perlahan, disertai munculnya sesosok nenek yang tampak sangat sedih. Nenek berkata: "ada yang bisa saya bantu nak?" Si anak berkata (dg mata yg berkilau dan senyuman yang menerangi dunia): "Saya minta maaf jika mengganggu, akan tetapi saya ingin menyampaikan bahwa Allah sangat mencintai dan memperhatikan nyonya. Kemudian saya ingin menghadiahkan buku ini kepada nyonya, di dalam nya dijelaskan tentang Allah Ta'ala, kewajiban seorang hamba, dan tips-tips memperoleh keridhoannya.
***

Satu pekan berlalu, seperti biasa sang imam memberikan ceramah di masjid. Seusai ceramah ia mempersilahkan jama'ah untuk berkonsultasi. Terdengar sayup – sayup dr shaf perempuan seorang perempuan tua berkata:"Tidak ada seorangpun yang mengenal saya disini, dan belum ada yang mengunjungiku sebelumnya. Satu pekan yang lalu saya bukanlah seorang muslim, bahkan tidak pernah terbetik dalam pikiranku hal tersebut sedikitpun. Suamiku telah wafat dan dia meninggalkanku sebatang kara di bumi ini".

Dan iapun memulai ceritanya bertemu anak itu.
Ketika itu cuaca sangat dingin disertai hujan lebat, aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku. Kesedihanku sangat mendalam, dan tidak ada seorangpun yang peduli padaku. Maka tidak ada alasan bagiku untuk hidup. Akupun naik ke atas kursi dan mengalungkan leherku dengan seutas tali yang sdh kutambatkan sebelumnya. Ketika hendak melompat, terdengar olehku suara bel. Aku terdiam sejenak dan berpikir :"paling sebentar lagi juga pergi".
Namun suara bel dan ketukan pintu semakin kuat. Aku berkata dalam hati: "siapa gerangan yang sudi mengunjungiku,… tidak akan ada yang mengetuk pintu rumahku".

Kulepaskan tali yang sdh siap membantuku mengakhiri nyawaku, dan bergegas ke pintu. ketika pintu kubuka, aku melihat sesosok anak kecil dengan pandangan dan senyuman yang belum pernah kulihat sebelumnya. Aku tidak mampu menggambarkan sosoknya kepada kalian.
Perkataan lembutnya telah mengetuk hatiku yang mati hingga bangkit kembali. Ia berkata: "Nyonya, saya datang untuk menyampaikan bahwa Allah Ta'ala sangat menyayangi dan memperhatikan nyonya", lalu dia memberikan buku ini (buku jalan menuju surga) kepadaku.

Malaikat kecil itu datang kepadaku secara tiba-tiba, dan menghilang dibalik guyuran hujan hari itu juga secara tiba2. Setelah menutup pintu aku langsung membaca buku dari malaikat kecilku itu sampai selesai. Seketika kusingkirkan tali dan kursi yang telah menungguku, karena aku tidak akan membutuhkannya lagi.
Sekarang lihatlah aku, diriku sangat bahagia karena aku telah mengenal Tuhanku yang sesungguhnya. Akupun sengaja mendatangi kalian berdasarkan alamat yang tertera di buku tersebut untuk berterimakasih kepada kalian yang telah mengirimkan malaikat kecilku pada waktu yang tepat. Hingga aku terbebas dari kekalnya api neraka.
***

Air mata semua orang mengalir tanpa terbendung, masjid bergemuruh dengan isak tangis dan pekikan takbir… Allahu akbar…
***

Sang imam (ayah dari anak itu) beranjak menuju tempat dimana malaikat kecil itu duduk dan memeluknya erat, dan tangisnyapun pecah tak terbendung dihadapan para jamaah.
Sungguh mengharukan, mungkin tidak ada seorang ayahpun yang tidak bangga terhadap anaknya seperti yang dirasakan imam tersebut.
***
Judul asli : قصة رائعة جدا ومعبرة ومؤثرة
Penerjemah : Shiddiq Al-Bonjowiy

____________________
Note: Mari terus sebarkan kebaikan. Kita tidak pernah tahu berapa banyak orang yg mendapatkan hidayah dengan sedikit langkah yg kita lakukan...

3 Tanda Dia Mencintaimu

1. Orang yang mencintai kamu selau ingin tau tentang apa saja yang kamu lalui sepanjang hari ini, ia ingin tau kegiatan kamu.

2. Orang yang mencintai kamu selalu menerima kamu apa adanya, dimatanya kamu selalu yang tercantik/tertampan walaupun mungkin kamu merasa berat badan kamu sudah berlebihan atau kamu merasa kegemukan.

3. Orang yang mencintai kamu tidak pernah bisa memberikan alasan kenapa ia mencintai kamu, yang ia tahu dimatanya hanya ada kamu satu²nya.

Senin, 16 Desember 2013

Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta

Setiap tahun, Universitas Negeri Yogyakarta(UNY) memperingati tanggal 21 Mei sebagai tanggal kelahirannya. Tanggal ini adalah tanggal berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Kependidikan (IKIP)  Yogyakarta yang merupakan pendahulu UNY. IKIP Yogyakarta diresmikan oleh Menteri Pendidikan Tinggi dan Ilmu pengetahuan (PTIP) pada tanggal 21 Mei 1964.
Sejarah IKIP Yogyakarta tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan Fakultas Pedagogik (FP) Universitas Gajah Mada yang didirikan pada tanggal 19 September !955. pada waktu itu FP UGM  memiliki dua bagian, yaitu Bagian Pendidikan dan Bagian Pendidikan Jasmani.
Pada tanggal 2 Februari 1962, Fakultas Pedagogik dipecah menjadi tiga fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Pendidikan Djasmani (FPD),  dan  Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan (FKIP). Namun pada 1963 FPD dimasukan kedalam lingkungan Departemen Olahraga dan dijadikan Sekolah Tinggi Olahraga (STO).
Pada masa itu tuntutan terhadap dunia pendidikan semakin tinggi sehingga permintaan tenaga pengajar juga tinggi. FKIP UGM begitu digemari sehingga jumlah mahasiswa pada tahun 1962 mencapai 1469 orang. Untuk mengatasi hal itu maka kemudian muncul Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 92 th 1962 tentang didirikannya Institut Pendidikan Guru (IPG).
Pada 3 January 1963 diterapkan penyatuan antara FKIP dan IPG menjadi IKIP. Begitu juga dengan FIP yang kemudian juga disatukan kedalam IKIP.
Saat awal pertumbuhannya dibulan September 1965, IKIP Yogyakarta memiliki lima fakultas, yakni Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Keguruan Ilmu Eksata (FKIE), Fakultas Keguruan Sastra dan Seni (FKSS), Fakultas Keguruan Ilmu Sosial (FKIS), dan Fakultas Keguruan Teknik (FKT). IKIP Yogyakarta juga belum memiliki gedung sendiri. Kegiatan perkuliahan masih menumpang di gedung milik UGM, berbagai  sekolah negeri (SD, SMP,dan SMA) di Yogyakarta, dan gedung gedung milik Kraton Kesultanan Yogyakarta. Pada tahun 1977, STO bergabung menjadi bagian IKIP Yogyakarta  dengan nama Fakultas Keguruan Ilmu Keolahragaan (FKIK).
Pada tanggal 1 january 1971, terjadi perkembangan penting di IKIP Yogyakarta yaitu berdirinya Perpustakaan Pusat IKIP Yogyakarta. Sebagai jantung ilmu pengetahuan di perguruan tinggi, pembinaan perpustakaan dilakukan langsung di bawah rector. Sementara itu, mulai tahun 1972 IKIP Yogyakarta menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS) untuk perkuliahan. Dengan berlakunya SKS ini maka mulai 1973 dalam satu tahun ada dua pendaftaran perkuliahan yang dilaksanakan secara semesteran menggantikan sistem sebelumnya.
Mulai tahun 1981/1982 IKIP Yogyakarta mulai membuka program S2 yaitu program studi Penelitian dan Evaluasi. Program ini merupakan hasil afiliasi antara IKIP Yogyakarta dengan IKIP Jakarta. Pada 7 September 1982 juga telah diselenggarakan Program  telah diselenggarakan Program S2 Pendidikan FIsika. Program ini merupakan penugasan dari Ditjen Dikti dan penyelenggaraanya mendapat bantuan dari UGM. Kemudian disusul pembukaan S2 Pendidikan Teknologi dan Kejuruan pada 16 September 1983.
Pada tahun 1999 IKIP Yogyakarta diberi perluasan mandate menjadi Universitas yang diberikan oleh pemerintah melalui  Keputusan Presiden RI no 93 th 1999. Seiring dengan itu terjadi perluasan orientasi program yang difokuskan pad upaya sosialisasi IKIP Yogyakarta yang tidak hanya terbatas di dalam negeri saja, akan tetapi menuju wawasan global. Orientasi program pun ditambah dengan program internasionalisasi universitas.
Perubahan IKIP Yogyakarta menjadi Universitas Yogyakarta (UNY) memang mengandung pro dan kontra di dalam masyarakat. Hal ini menunjukan adanya indikasi kuat dan valid bahwa IKIP Yogyakarta memang telah menjadi bagian penting dari system kehidupan masyarakat dan system pendidikan nasional di Indonesia. Dinamika dan wacana dalam masyarakat menggambarkan adanya kekhawatiran akan terlantarnya pendidikan guru setelah IKIP Yogyakarta berubah menjadi UNY.
Kecemasan masyarakat tersebut justru mempunyai nuansa positif yang memacu UNY untuk dapat meyakinkan semua pihak bahwa di masa yang akan datang tetap mempertahankan pendidikan guru. Perubahan IKIP Yogyakarta menjadi UNY diharapkan meningkatkan sistem pendidikan guru karena para dosen di jurusan dapat melakukan fertilisasi silang keilmuan antara mereka yang berlatar belakang kependidikan dan berlatar belakang ilmu dasar.
Pada tahun 2007, survey dari Ditjen Dikti RI menyatakan bahwa UNY merupakan satu-satunya Lembaga Pendidikan Tenaga Kependididkan (LPTK) diantara 20 universitas di Indonesia yang layak masuk (the most promosing university) ke kelas dunia. Untuk itu UNY segera membentuk tim Pengembang UNY menuju World class university (WCU) yang diantaranya bertugas menyiapkan kisi-kisi instrument pengembangan UNY menuju WCU.
Kerja keras tersebut menuai hasil pada tahun 2009, sebanyak 11 unit kerja di UNY dinyatakan layak menerima setifikat ISO 9001:2000 yang dikeluarkan oleh PT. Sucifindo Jakarta. Upacara penyerahan Sertifikat ISO 9001:2000 tersebut dilakukan Mendiknas RI, Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA. Pada 21 April 2009 melalui menteri Keuangan RI No. 130/KMK.05/2009, UNY telah ditetapkan sebagai instansi pemerintah yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU) secara penuh. Pada tahun 2010, UNY menerapkan ISO 9001:2008.
Saat ini UNY terus berupaya meningkatkan diri melalui peningkatan kualitas manajemen institusi pendididkan dan dosen, keunggulan dan kepemimpinan, maupun dukungan fasilitas disemua fakultas dan unit-unit bertaraf internasional. Sejak tahun 2007 UNY telah mengembangkan paradigm pembelajaran online terpadu (E-learning UNY) dan berlangganan jurnal elektronik dari proQuest yang memuat tidak kurang dari 700 jurnal internasional di bidang pendidikan. Akses LAN di area kampus melalui nirkabel juga telah tersedia melalui hotspot wifi di 43 titik strategis dengan coverage area mencapai 80% wilayah kampus. Di samping itu, UNY juga tengah membangun networking dengan berbagai universitas dan pusat riset seluruh dunia.


uny.ac.id

Rabu, 11 Desember 2013

Ushulul Isyrin (Dua Puluh Prinsip) Imam as-Syahid Hasan al-Banna (Bagian 1)*

Pada prinsipnya saya akan mengulas tentang Ushul Isyrin terkait dengan maknanya, hukum dan dali-dalil yang terkandung dalam 20 prinsip yang diajarkan oleh Imam as-Syahid Hasan al-Banna dalam bukunya Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin (Majmu'ah Rasail). Namun tulisan pada bagian pertama ini saya akan membahas dahulu tentang pentingnya kita membahas Ushul Isyrin dan seperti apa kandungan di dalamnya.
Pertanyaan yang akan kita jawab dahulu adalah dimanakah kita mendapatkan Ushulul Isyrin ini?
Pertama, kita bisa mendapatkan ini dalam "Risalah al-Ta'lim" dalam Majmu'ah Rasail.
Risalah al-Ta'lim ini terdiri dari:
1. Muqaddimah
2. Isi
3. Penutup
Dalam Muqaddimahnya, Imam as-Syahid Hasan al-Banna mengatakan: "Inilah risalahku untuk ikhwah mujahidin dari kalangan Ikhwanul Muslimin yang telah beriman kepada keluhuran dakwahnya dan kepada validitas fikrahnya. Mereka memiliki tekad yang tulus untuk hidup bersamanya dan mati atas namanya. Kepada mereka sajalah uraian ringkas ini kupersembahkan. Ia bukan pelajaran-pelajaran yang harus dihafal, tetapi merupakan petunjuk-petunjuk yang harus diamalkan." 
Dari sini kita bisa mengetahui bahwa risalah ini ditujukan kepada siapa dan bagaimana cara beraktivitas dengan pergerakan ini. Atau dengan kata lain, bagaimana cara Ikhwanul Muslimin menjalankan risalah ini (Ia bukan pelajaran-pelajaran yang harus dihafal, tetapi merupakan petunjuk-petunjuk yang harus diamalkan).
Isi dari Risalah al-Ta'lim ini terdiri dari:
1. Arkan al-Bai'ah (Rukun Bai'at)
2. al-Wajibat (38 kewajiban seorang al-Akh/al-Ukh)
Sedangkan dalam penutupnya, Risalah al-Ta'lim ini berisi tentang gambaran umum dan ringkasan Dakwah ini. tentang syiar Dakwah IM.
Ushulul Isyrin yang akan kita bahas ini terdapat dalam bab Rukun Baiat yang merupakan bagian dari Risalah al-Ta'lim.

Terkadang dalam aktivitas pergerakan ini, kita mendapati para aktivisnya berjatuhan dan bahkan keluar dari jamaah, nah bagaimana cara kita melihat hal ini secara proporsional. Dimanakah letak kesalahan kita dalam memahami rukun baiat ini? Sebelumnya, kita harus memahami tentang hubungan dan keterkaitan antara rukun baiat yang satu dengan yang lain sbb:
Dalam Rukun Baiat ini terdiri dari tiga bagian pokok:
1. Rabith Imaniy (Hubungan kesatuan keimanan)
Yang dimaksud dalam hal ini adalah hubungan antara seorang al-akh dengan Allah SWT. Nah kita ingin memasukkan 3 rukun baiat yang termasuk dalam kategori ini?
- al-Fahmu
- al-Ikhlas
- al-Tajarrud
Tiga rukun baiat inilah yang akan menguatkan hubungan manusia/al-akh dengan Allah SWT.
2. Rabith Tandzimi (Hubungan kesatuan sistem)
Yang dimaksud dalam hal ini adalah hubungan antara seorang al-akh dengan gerakan Ikhwan, dakwah dan aktivitasnya. 
ada tiga rukun baiat yang akan menguatkan seseorang dengan dakwah dan tandzimnya:
- al-Tha'ah
- al-Tsiqah
- al-Ukhuwah
3. Natijah (Produk dari rukun Baiat)
Nah, apabila kita kuat dalam dua hal diatas maka produk rukun baiat yang akan dihasilkan adalah
- al-Amal
- al-Jihad
- al-Tadhiyyah
- al-Tsabat
Dari sini bisa kita lihat bahwa apabila dalam jamaah atau dakwah ini kita mendapati amal/aktivitas kita yang lemah, tidak ada nilai jihad, kurangnya pengorbanan dan ketidaktsabatan kita dalam berjamaah, maka yakinlah dua hal di atas (Rabith Imaniy dan Rabith Tandzimi) kita sedang "bermasalah". Begitu juga sebaliknya. 


 Pembagian rukun baiat:
Pentingnya urutan dalam pembagian rukun baiat. Mengapa Imam al-Banna mendahulukan rukun al-fahmu dalam urutan pertama dilanjutkan al-ikhlas dan al-amal?
Misalnya, Imam al-Banna mengatakan dalam rukun al-Amal: “Yang saya maksud dengan amal (aktivitas) adalah bahwa ia merupakan buah dari ilmu dan keikhlasan. Oleh karena itu urutan dalam rukun baiat sangat penting.”
Kalau kita lihat dalam buku-buku literatur, ulama lebih mendahulukan al-ikhlas daripada al-Fahmu...mengapa al-Banna berbeda? hal ini menjadi hal yang sangat penting.
Rukun baiat yang pertama: al-Fahmu
Dalam proses perjalanan manusia, rukun al-fahmu ini masuk dalam kategori al-ma'rifi(pemahaman) sehingga yang menggerakkannya adalah akal manusia.
Begitu juga dengan rukun al-ikhlas, yang bersentuhan langsung dengannya adalah hati. Dan dalam rukun al-amal, yang menggerakkannya adalah anggota tubuh manusia itu sendiri.
sehingga imam al-Banna mengatakan bahwa tidak dikatakan seseorang itu telah bergabung dan loyal dengan gerakan dakwah ini apabila dia telah meyakini atas tiga rukun baiat ini secara keseluruhan.

Wallahul muwafiq ila Aqwami al-Thariq

*Oleh: Muhamad Syadid

3. Al-'Amal

Alhamdulillah, lanjut lagi menulis tentang arkanul bai’at. Nah, ini dia arkanul bai’at ketiga. Al-amal,tempat kita mengaplikasikan ilmu dan keikhlasan. Amal ini pun bukan sekedar beramal baik dengan bebas dan sesuka hati. Karena jika begitu, mungkin amal kita akan menjadi stagnan dan begitu-begitu saja. Amal itu dimulai dari:


Memperbaiki diri, sehingga menjadi pribadi yang kuat fisik, teguh dalam berakhlak, luas dalam berpikir, mampu mencari nafkah, lurus berakidah dan benar dalam beribadah.
Membentuk rumah tangga islami. Sehingga keluarganya menjadi pendukung fitrah, menghormatinya dan memelihara tatakrama Islam dalam segala aspek kehidupan rumah tangganya sehari-hari.
Memotivasi masyarakat untuk menyebarkan kebaikan, memerangi kemunkaran dan kerusakan.
Memerdekakan negara dengan  membersihkan rakyatnya dari berbagai bentuk kekuasaan asing kuffar di bidang politik, ekonomi ataupun mental spiritual.
Memperbaiki pemerintahan sehingga benar-benar menjadi pemerintahan yang islami.
Mengembalikan eksistensi negara-negara Islam dengan memerdekakan negerinya dan menghidupkan kembali keagungannya.
Menjadi guru dunia dengan menyebarkan Islam ke tengah-tengah umat manusia, sehingga tidak ada fitnah lagi dan dien benar-benar hanya miik Allah.
It’s not just a simple thing, is it? Ada sebuah tujuan besar yang ingin kita capai dengan amalan yang kita lakukan. Kita semua tentu sangat ingin menjadikan bumi ini diliputi oleh Islam, dan sadar bahwa untuk mewujudkannya dibutuhkan usaha dan perjuangan. Namun jika poin pertama saja belum dapat kita amalkan, bagaimana akan menjadikan Islam sebagai satu-satunya dien? (catatan : belum dapat kita amalkan bukan berarti sudah mengamalkan dengan sempurna. Jangan sampai kita tidak mau melangkah ke poin berikutnya dengan alasan diri kita belum baik)

Now let’s look at ourselves. Sudahkah kita memenuhi targetan amal yaumi? Mungkin tilawah kita masih dilakukan di waktu sisa, bukan sengaja menyediakan waktu. Mungkin kuliah, belajar dan amanah lain lebih kita prioritaskan daripada melakukan ibadah-ibadah yang mendekatkan hubungan kita dengan Allah. Mungkin kolom riyadhoh hanya kita isi sesekali, mungkin kita masih tidak teratur mengisi kebutuhan energi. Mungkin kita masih berpikir menolong orang lain hanya akan menguntungkan yang ditolong. Mungkin kita masih pelit memberikan hak saudara kita.

Barangkali ada penyimpangan orientasi dalam membangun rumah tangga Islami. Barangkali tetangga-tetangga kita masih tidak mengenal kita. Barangkali belum ada kontribusi apapun yang kita beri untuk masyarakat, mengikuti gotong royong kelurahan pun mungkin tidak. Barangkali masih tak ada kepedulian kita terhadap negeri, tak peduli dengan kemungkaran yang terjadi dan merasa itu bukan urusan kita. Barangkali keinginan  kita masih lebih utama daripada menyelamatkan saudara di Palestina, sehingga kita masih membenarkan tindakan mengkonsumsi produk-produk tertentu dengan alasan ‘ini yang cocok’, atau ‘yang lain gak bagus’ dan sebagainya.

Bagaimana dengan amal dalam dakwah kampus? Sudahkah kita memberi yang terbaik? Sudahkah kita berpartisipasi dan berkontribusi dengan kemampuan dan potensi yang kita punya? Atau kita masih menjadi pengamat yang hanya bisa bicara dan mengomentari, tanpa ikut terlibat di dalamnya? Sehingga kita tidak tahu apa yang menjadi kendala dan dukanya, serta apa yang menjadi nikmat dan kebahagiaan hidup sebagai AKTIFIS DAKWAH.

2. Al-Ikhlas

Kata Ustaz Hassan al-Banna rahimahullah:



أن يقصد الأخ المسلم بقوله وعمله وجهاده كله وجه الله , وابتغاء مرضاته وحسن مثوبته من غير نظر إلى مغنم أو مظهر أو جاه أو لقب أو تقدم أو تأخر , وبذلك يكون جندي فكرة وعقيدة , لا جندي غرض و منفعة



“Iaitu setiap al-akh muslim meniatkan dengan perkataannya, perbuatannya dan jihadnya seluruhnya hanya untuk Wajah Allah, mengharap keredhaanNya dan kebaikan ganjaranNya, tanpa melihat kepada harta atau kemasyhuran atau kedudukan atau pangkat atau kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian itu, jadilah dia pejuang fikrah dan aqidah, bukan pejuang kepentingan dan manfaat (untuk diri sendiri).”

Berdasarkan penggunaan bahasa, kata ikhlas di dalam Al Quran disebut dengan pelbagai bentuk. Disebutkan dengan kata al-khalish, yang bererti ash-shafi (murni), yang tidak dikotori oleh noda dan pengaruh apa pun. Contohnya seperti yang disebutkan dalam firman Allah SWT.

“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang murni.” (Az-Zumar: 3)

Disebutkan juga dengan kata khalashu, yang bermakna i’tazalu (menyendiri), seperti dalam firman Allah SWT.:

“Maka apabila mereka berputus asa daripada mendapat pertolonganNya, merekapun mengasingkan (menyendiri) diri lalu berunding tentang hal itu dengan berbisik-bisik.” (Yusuf: 80)

Disebutkan juga dengan kata khalishah, yang bereri khashshah (khusus), seperti yang dirakamkan di dalam Al Quran:

“Sesungguhnya Kami telah mengkhususkan mereka dengan sebuah kehusususan yang berupa mengingatkan (manusia) kepada begeri akhirat.” (Shaf: 46)

Juga disebutkan di dalam Al Quran dengan kata mukhlisan, yang dijamakkan dengan kata mukhlisin, iaitu orang yang memurnikan kepatuhan kepada Allah SWT. tanpa mengotorinya dengan dosa (syirik). Firman Allah SWT.:

“Katakanlah, “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (melaksanakan) agama.” (Az-Zumar: 11)


Juga dalam firman Allah SWT.:

“Katakanlah, “Hanya Allah sahaja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku.” (Az Zumar: 14)

Seterusnya di dalam Al Quran menyebut dengan kata mukhlasan (yang dipilih) yang dijamakkan dengan kata mukhlashin, Firman Allah SWT.:

“Sesungguhnya ia adalah seorang yang dipilih dan seorang rasul dan nabi.” Maryam:51)

Hakikatnya ikhlas adalah membebaskan diri dari selain Allah SWT. Dengan lain perkatan bagi seorang muslimin, ertinya adalah bahawa mereka berlepas diri dari apa yang didakwa oleh kaum Yahudi berkenaan dengan penyerupaan Allah SWT. dan dari apa yang didakwa oleh kaum Nasrani yang mengatakan tuhan berupa triniti.

Mari kita mengkaji beberapa ayat Al Quran lagi yang terdapat kata ikhlas didalamnya:

Pertama:

“Katakanlah: “Rabbku menyuruh berlaku adil (pada segala perkara), dan (menyuruh supaya kamu) hadapkan muka (dan hati) kamu (kepada Allah) Dengan betul pada tiap-tiap kali mengerjakan sembahyang, dan Beribadatlah dengan mengikhlaskan amal agama kamu kepada-NYA semata-mata; (kerana) sebagaimana Dia telah menjadikan kamu pada mulanya, (demikian pula) kamu akan kembali (kepada-NYA). (Al-A’raf:29)

Makna kata al-qisth adalah keistiqamahan dan keadilan.

Maksud dari firman Allah SWT. dalam ayat di atas adalah, Allah SWT. memerintahkan kita agar mengkhususkan ibadah hanya kepada-NYA di setiap waktu dan tempat, dan agar kita memurnikan kepatuhan itu hanya kepada-NYA demin mencari keredhaan Allah SWT. semata..

Ibadah kepada Allah SWT tidak akan dinilai benar kecuali jika sesuai dengan aturan yang dating dari sisi Allah melalui lidah Rasul-NYA serta harus benar-benar bersih dari sebarang syirik.



Kedua

Allah SWT berfirman:

“Dia lah Yang menjalankan kamu di darat dan di laut (dengan diberi kemudahan menggunakan berbagai jenis kenderaan); sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan bahtera itu pula bergerak laju membawa penumpang-penumpangnya Dengan tiupan angin yang baik, dan mereka pun bersukacita dengannya; tiba-tiba datanglah kepadanya angin ribut Yang kencang, dan mereka pula didatangi ombak menimpa dari segala penjuru, serta mereka percaya bahawa mereka diliputi oleh bahaya; pada saat itu mereka semua berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan kepercayaan mereka kepadanya semata-mata (sambil merayu dengan berkata): “Demi sesungguhnya! jika Engkau (Ya Allah) selamatkan kami dari bahaya ini, kami tetap menjadi orang-orang yang bersyukur”. (Yunus:22)

Ertinya mereka meminta dan menyeru kepada Allah SWT semata tanpa mempersekutukan-NYA. PAda saat iu mereka tidak menyeru dan meminta selain-NYA.



Ketiga

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran ini kepadamu (Wahai Muhammad) dengan membawa kebenaran; oleh itu hendaklah Engkau menyembah Allah dengan mengikhlaskan segala Ibadat dan bawaanmu kepadaNya. Ingatlah! (hak Yang wajib dipersembahkan) kepada Allah ialah segala Ibadat dan ajaran yang suci bersih (dari segala rupa syirik).” (Az Zumar:2-3)

Maknanya, tugas asasi kita adalah memastikan setiap kepatuhan kita dalam melaksanakan agama dari segala bentuk syirik dan riya’ dengan hanya bertauhidkan kepada Allah SWT semata. Justeru seru dan ajaklah orang lain kepada tujuan tersebut dan khabarkan kepada mereka bahawa ibadah itu tidak boleh dan wajar diberikan kecuali hanya sanya kepada Allah SWT. dan menyakini bahawa Allah SWT tidak mempunyai tandingan mahupun sekutu. Allah SWT tidak menerima suatu amalan kecuali jika amalan itu diikhlaskan oleh pelakunya hanya kepada Allah SWT semata tanpa ada sesuatu pengantaraan dan sekutu dengan-NYA.

Qatadah berkata, maksud dari firman Allah SWT “Ingatlah bahawa hanya bagi Allah segala Ibadat dan ajaran yang suci bersih (dari segala rupa syirik)., adalahlah syahadat “lailaha illallah”.



Keempat

Allah SWT berfirman:

“Maka sembahlah kamu akan Allah dengan mengikhlaskan Ibadat kepadanya (dan menjauhi bawaan syirik), sekalipun orang-orang kafir tidak menyukai (amalan kamu yang demikian).” (Al Mukmin:14)

Maksudnya adalah memurnikan keikhlasan dalam ibadah dan doa hanya kepada Allah SWT semata dan menyelisihi kaum musyrikin berkenaan dengan langkah dan kefahaman mereka.



Kelima

Allah SWT berfirman:

“Dia lah Yang tetap hidup (kekal); tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah kamu akan Dia dengan mengikhlaskan amal ibadah kamu kepadanya semata-mata. Segala puji bagi Allah, Rabb yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam.” (Al-Mukmin: 65)

Ertinya Allah Maha Hidup kekal selamanya. Dia lah yang Pertama dan yang Terakhir, Yang Zahir dan yang Batin, Tidak ada sembahan yang berhak diibadahi kecuali Dia, dan tidak ada tandingan dan tidak ada sekutu bagi-NYA. Oleh kerana itu serulah Allah SWT dengan mengikhlaskan ibadah kita kepada-NYA, iaitu dengan mentauhidkan-NYA dan mengakui bahawa tidak ada sembahan yang berhak disembah dan diibadahi kecuali DIA. Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.



Keenam

Allah SWT berfirman:

“Maka apabila mereka naik bahtera (lalu menemui sesuatu bahaya di laut), mereka memohon pertolongan kepada Allah dengan doa yang tulus ikhlas kepadaNya. kemudian setelah Allah menyelamatkan mereka (naik) ke darat, mereka berlaku syirik kepadaNya. (akibat syirik itu) mereka menjadi orang-orang yang kufurkan nikmat yang Kami telah berikan kepada mereka, dan (menjadi) orang-orang yang hanya dapat bersuka ria (dalam kekafiran) di dunia; kemudian mereka akan mengetahui kelak akibat buruk atas apa yang mereka lakukan.” (Al-‘Ankabut:65-66)

Para mufassir mengatakan:

“Yang dimaksudkan dengan firman Allah SWT. “..mereka memohon pertolongan kepada Allah dengan doa yang tulus ikhlas kepadaNya.” Adalah keadaan di mana mereka mengikhlaskan kepatuhan mereka kepada Allah SWT, di mana mereka tidak menyebut dan meminta kecuali kepada Allah SWT dan tidak menyeru sembahan lain. Akan tetapi ketika Allah SWT telah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka kembali menyekutukan Allah SWT. Maknanya mereka kembali kepada kemusyrikan dan mengingkari nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada mereka berupa nikmat iman, keselamatan dan bantuan dari Allah SWT. Sebaliknya kaum yang beriman yang mukhlis, mereka pasti mensyukuri nikmat Allah SWT dan mereka menjadikan keselamatan dan pertolongan dari Allah SWT sebagai jalan untuk semakin menambahkan ketaatan dan keimanan mereka kepada Allah SWT.



Ketujuh

Firman Allah SWT:

“Katakanlah (Wahai Muhammad): “Patutkah kamu (hai kaum Yahudi dan Nasrani) membuat bantahan terhadap Kami mengenai pilihan Allah dan pengurniaanNya ? padahal Dia lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami (faedah) amalan Kami dan bagi kamu pula (faedah) amalan kamu (kalau diikhlaskan), dan kepadaNYA Kami (mengerjakan amal dengan) mengikhlaskan diri.” (Al-Baqarah: 139)



Kelapan

Firman Allah swt:

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang terkebawah sekali dari (lapisan-lapisan dalam) neraka. dan Engkau tidak sekali-kali akan mendapat sesiapa pun yang boleh menolong mereka. Kecuali orang-orang yang bertaubat (dari perbuatan munafik itu) dan memperbaiki amalan mereka (yang salah), dan mereka pula berpegang teguh kepada (agama) Allah, serta mengerjakan agama mereka dengan ikhlas kerana Allah, maka mereka yang demikian itu ditempatkan bersama-sama orang-orang yang beriman (di dalam Syurga); dan Allah akan memberikan orang-orang yang beriman itu pahala yang amat besar.” (An-Nisa’: 145-146)

Demikianlah ayat-ayat Al Quran yang menyebutkan berkenaan ikhlas yang akan membantu kita untuk memperjelaskan makna ikhlas dan memahaminya secara tepat. Ianya akan memberikan kefahaman keislaman secara benar mengenai ikhlas.

1. Al-Fahmu

Dalam Rukun Bai’ah yang sepuluh Imam Syahid Hasan Al-Banna meletakkan rukun Al-Fahmu pada urutan pertama dan menjadi asas kepada amal yang dilakukan oleh seorang ikhwah, jika al-fahmu dapat dikuasai maka seseorang ikhwah tidak akan sukar lagi untuk memahami Islam secara menyeluruh seperti yang difahami oleh gerakan Ikhwanul Muslimin dan memahami apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang ikhwah dalam berbagai langkah dan kehidupannya bersama gerakan Ikhwanul Muslimin.
Banyak pihak yang mempersoalkan mengapa Imam Syahid Hasan Al Banna mendahulukan pemahaman dalam Arkanul Bai’ah ini. Ustaz Dr. Yusuf Al Qaradhawi menjelaskan bahawa urutan yang dibuat oleh Imam Syahid Hasan Al Banna sudah tepat kerana beliau tahu betul urutan keutamaan, mendahulukan apa yang harus didahulukan.
Urutan keutamaan dalam memperjuangkan Islam amat sayugia diperhatikan. Hal ini jelas, yang hampir tidak seorangpun di antara para pemikir di kalangan umat Islam yang memperselisihkannya. Dengan menentukan apa yang utama dalam melakukan kegiatan dakwah, tarbiyah dan gerakan ini yang keseluruhannya adalah merupakan unsur utama bagi setiap usaha memenangkan Islam. Atau penghidupan kembali manhaj Islam dalam diri manusia, akan terwujudlah kebangkitan dan kebangunan di seluruh wilayah Islam sebagaimana yang kita saksikan ketika ini.
Beliau menjelaskan fungsi pemahaman, pemikiran harus mendahului gerakan, gambaran yang benar merupakan pendahuluan dari perbuatan yang lurus. Kerana ilmu merupakan bukti keimanan dan jalan menuju kebenaran. Para ahli sufi juga menentukan tertib; ilmu akan membentuk sikap, sikap akan mendorong perbuatan. Sebagaimana kenyataan pakar psikologi yang menyatakan ada kaitan rapat antara pengetahuan, emosi dan perbuatan.
Prinsip Al Fahmu dengan 20 usulnya merupakan deklarasi bahawa Islam adalah solusi. Kerana Islam adalah solusi maka kaedah-kaedah yang ada dalam Al Fahmu ini akan menjadi kaedah dasar dalam melakukan segala aktiviti. Sama halnya yang telah diterangkan pada prinsip pertama dalam rukun Al-Fahmu ini tentang Syumuliatul Islam:
“Islam adalah sistem yang syamil (menyeluruh) mencakup seluruh aspek kehidupan. Ia adalah Negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, moral dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang2, ilmu pengetahuan dan hukum, material dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, serta pasukan dan pemikiran. Sebagaimana ia juga aqidah yang murni dan ibadah yang benar, tidak kurang tidak lebih”
Usul pertama ini mengajarkan kepada kita bahawa aktiviti kita sehari-hari bukan hanya aktiviti semua yang tidak berlandaskan pada Islam. Setiap muslim harus menyedari, mengetahui, meyakini dan mengamalkan Islam sesuai dengan kebesaran Islam itu sendiri. Sehingga semua permasalahan kehidupan baik yang bersifat peribadi dan yang lebih besar daripada itu disandarkan pada peraturan Islam.
Tidak ada pemisahan antara agama dan negara, seperti ungkapan ,” berikanlah hak negara kepada raja, dan berikanlah, hak agama kepada Tuhan.” Tidak akan pernah ada sekularisme dan liberalisme dalam pemikiran dan aktiviti lainnya di muka bumi ini. Dan hal ini selari dengan firman Allah yang memerintahkan umat Islam untuk masuk ke dalam agama Islam secara menyeluruh.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Al-Baqarah:208)
Pembahasan mengenai Rukun Al Fahmu dan 20 Usul ini sudah banyak sekali bertebaran di buku-buku yang ditulis oleh para pewaris Dakwah Imam Syahid Hasan Al Banna. Inti dari landasan Syar’i aktiviti berlandaskan Rukun Al Fahmu dapat kita ketahui di akhir rukun Al Fahmu ini Imam Syahid Hasan Al Banna menutupnya dengan kata-kata:
“Apabila saudaraku Muslim mengetahui agamanya dalam kerangka usul-usul tersebut, maka ia telah mengetahui makna dari Syi’arnya : Al Qur’an adalah undang-undang kami dan Rasul adalah Teladan kami. Artinya kerangka aktiviti hidup kita di dunia harus selalu berada dalam pedoman Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.
Urgensi Al-Fahmu
Al-Fahmu dalam diri setiap ikhwah adalah suatu keniscayaan, sebab ia dapat membantu keselamatan amal, baiknya penerapan dan memelihara pelakunya dari ketergelinciran.
Umar bin Abdul Aziz berkata: “Barangsiapa yang beramal tanpa didasari ilmu, maka unsur merosaknya lebih banyak daripada maslahatnya”. [Sirah wa manaqibu Umar bin Abdul Aziz, Ibnu Al-Jauzi; 250]
Orang yang ikhlas beramal tetapi tidak memiliki pemahaman yang benar dan tidak mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya mungkin akan tersesat jauh. Rasulullah saw bersabda:
فقيه واحد أشد على الشيطان من ألف عابد
“Satu orang faqih itu lebih berat bagi syaitan daripada seribu ahli Ibadah” [At-Tirmidzi: 5/46. Nomor:2641]
Umar bin Al-Khattab juga berkata: “Kematian seribu ahli ibadah yang selalu shalat malam dan berpuasa di waktu siang itu lebih ringan daripada kematian orang cerdas yang mengetahui hal-hal yang dihalalkan dan diharamkan oleh Allah”. [Jami' bayanil ilmi wal fadhlihi; Ibnu Abdul Barr: 1/26]
Rasulullah saw bersabda: “Semoga Allah memberi kecerahan pada wajah seseorang yang mendengar hadis daripadaku, lantas ia menghafalkannya hingga dapat menyampaikan kepada orang lain. Sebab kadang-kadang seseorang membawa suatu pemahaman (ilmu) kepada orang yang lebih faham. Dan kadang-kadang orang yang membawa sebuah ilmu bukan pula ulama.” [Abu Daud: 3/321. No. 3660 dan At-Tirmidzi: 5/33. No. 2656]
Allah SWT melebihkan seorang nabi yang lain kerana kedalaman pemahaman yang dianugerahkan kepadanya. Allah SWT berfirman: “Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat) dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu”. (Al-Anbiya:79)
Ibnu Abbas dimuliakan sekalipun masih muda usianya, melebihi kebanyakan tokoh-tokoh senior lainnya, kerana pemahaman yang baik yang dikurniakan Allah kepadanya. Sehingga, ia berhak menjadi anggota Majlis Syura Amirul Mukminin Umar bin Khattab di masa itu.
Oleh karena itu wahai saudaraku, berusahalah memiliki pemahaman yang benar dan cermat. Pemahaman yang mencapai dasar urusan dan menempatkan sesuatu pada tempatnya, tanpa berlebih-lebihan dan tanpa meremehkan. Juga pemahaman yang jernih lagi murni. Sebab, barangsiapa yang dikurniakan oleh Allah pemahaman yang benar, maka ia telah mendapatkan kurnia yang banyak, keutamaan yang besar terhindar dari ketergelinciran dan terjaga dari penyimpangan.
Ibnu Al-Qayyim berkata: “Benarnya pemahaman dan baiknya tujuan merupakan nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Bahkan, hamba tidak dikurnia nikmat yang lebih utama setelah nikmat Islam melebihi kedua nikmat tersebut. Dua nikmat itu merupakan dua kaki dan tulang punggung Islam. Dengan keduanya, hamba terhindar dari jalan-jalan orang-orang yang dimurkai (yaitu orang-orang yang buruk tujuannya), dan dari orang-orang yang sesat (yaitu orang-orang yang buruk pemahamannya), serta akan menjadi orang-orang yang diberi nikmat (yaitu orang-orang yang baik pemahaman dan tujuannya). Merekalah orang-orang yang terbimbing di jalan yang lurus, di mana kita semua diperintahkan memohon kepada Allah dalam setiap shalat agar dibimbing ke jalan mereka.
Benar pemahaman merupakan cahaya yang disemayamkan oleh Allah dalam hati hamba-Nya. Dengannya ia dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk; yang hak dan yang batil; petunjuk dan kesesatan penyimpangan dan kelurusan..” [A'alamul Muwaqqi'in; Ibnu Al-Qayyim: 1/187]

from; http://abuamru1208.blogspot.com/2009/06/perspektif-al-fahmu-yang-diperlukan.html