Senin, 02 Juni 2014

MEMUJI ANAK

Novi Hardian, Dir. Pendidikan SAI

Dalam suatu acara di televisi NHK Jepang yang membahas tentang 'memuji anak', terungkap bahwa kalau anak misalnya dapat nilai sempurna 100, maka jangan memuji dengan mengatakan "Hebat ya kamu dapat nilai 100"

Tapi pujilah dengan mengatakan "ayah/ibu bangga karena kamu telah berjuang sekuat tenaga" (yoku ganbatta ne )

Psikolog dalam acara itu bilang bahwa kalau anak dipuji karena HASIL yang dia dapat maka:

1. Tertanam di persepsi anak bahwa HASIL-lah yang terpenting, jadi segala jalan boleh ditempuh demi HASIL

2. Akan berpotensi untuk memunculkan stress kalau-kalau di masa depan tidak dapat hasil bagus lagi

Sedangkan kalau dia dipuji karena dia telah berjuang, maka:

1. Pusat perhatian anak jadinya adalah PROSES, bahwa dia harus memberikan yang terbaik dalam ikhtiar dia

2. Anak mendapat dorongan untuk mencintai dan menikmati kerja keras tanpa dibayang-bayangi kecemasan akan hasilnya (ini kalau di bola seperti 'bermain lepas')

Inilah yang mungkin menjelaskan kenapa kalau saya ada nomikai (semacam makan malam after-work), teman-teman lab paling suka cerita bagaimana mereka harus gagal berkali-kali dulu sebelum bisa mendapatkan hasil yang bagus. Dan mereka seperti 'menikmat' proses panjang dan tidak merasa sia-sia atas hasil gagal yang banyak.

Ini juga yang menerangkan kenapa kalau saya ada hasil bagus pada eksperimen perdana, mereka akan bilang 'Its God hand' jadi, "Bukan hasil kerjaanmu"
Atau mereka akan bilang 'Champion data'.

Mereka lebih melihat berapa banyak keringat yang keluar dan seberapa effort yang telah kita berikan.