Minggu, 30 Juni 2013

Cerpen.....

Bukan Denganmu tapi Dengannya


Malam ini setelah mengakhiri Tahajudku, aku seperti diserit kembali ke masa lalu. Semua seperti slide yang terulang kembali.

Berawal dari umurku yang sudah menginjak angka 22 tahun, aku sudah menyelesaikan studiku, akupun sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta yang cukup terkenal di kotaku. Dengan penghasilan yang agak lebih aku berpikir mungkinkah ini saatnya aku menikah? Menggenapi setengah dien. Bukannya aku tidak memiliki mimpi yang lain, banyak sekali mimpiku yang ingin kucapai. Tapi hati ini rasanya sudah sangat kesepian. Ingin ada hati lain yang mengisi ruang kosong tersebut.

Well, "proposal" pun segera kususun dan kuberikan kepada Murabbiyah. Satu bulan berselang, Murabbiyahku berkata ada Murabbi ikhwan yang ingin menjodohkanku dengan mutarabbinya. Apa salahnya untuk dicoba kali saja ini jodohku.

Proposal ikhwan ku terima dan aku merasa cocok dengan beliau. Kriteria yang kumaksudkan sebagian besar ada pada beliau. Beberapa kali sholat istikhoroh aku belum menemukan jawaban, namun tidak bisa kupungkiri hatiku memiliki kecendrungan dengan beliau.

Setelah pertemuan pertama, aku mulai merancang gaun pengantin yang akan kukenakan ketika akad nikah dan walimah sambil menunggu datangnya kabar dari Murabbiyah.

Sebulan, dua bulan, tiga bulan, enam bulan belum ada kabar dari Murabbiyah. Aku penasaran tapi entah mengapa mulutku kelu ketika hendak menanyakan kepada Murabbiyah bagaimana kelanjutan prosesku ini.

Pikiranku dipenuhi pikiran-pikiran negatif. Sekuat tenaga aku berusaha menepisnya, dengan puasa sunnah yang kuperbanyak aku berusaha bertahan. Pertahanan itu semakin berat mana kala orang tua sudah mulai mendesak untuk segera menikah. Akhirnya aku memilih untuk mengikhlaskan beliau sang ikhwan. Walaupun dalam hati terasa begitu berat karena kecendrungan terhadap beliau sudah sedemikian besar.

Suatu hari perusahaan melakukan survei lapangan ke Kendal. Entah mengapa hari ini rasanya hanya ingin menangis tanpa alasan. Mungkin karena banyaknya dosaku terhadap Allah. Kuperbanyak tilawah dan bersholawat kepada Rasulullah.

Perjalanan Surabaya-Kendal dipenuhi bercanda dengan teman-teman. Sejenak rasa sedih yang entah mengapa itu bisa kusingkirkan sementara.

Kami sampai di rumah kepala desa, namun ternyata kami salah waktu. Pak Kepala desa sedang ada hajat menikahkan putrinya. Akhirnya kami malah diminta memberikan selamat dulu kepada putri beliau dan mempelai pria.

Well apa yang terjadi kemudian rasanya seperti bermimpi. Aku melihat sang ikhwan yang dulu pernah ta`aruf denganku bersanding dengan putri pak Kepala desa. Entah bagaimana perasaanku, aku benar-benar tidak bisa melukiskannya. Aku masih bisa tersenyum dan mengucapkan selamat kepada beliau berdua. Tampak sang ikhwan agak terkejut dengan keberadaanku namun akhirnya mengucapkan terima kasih layaknya memperlakukanku seperti tamu yang lain.

Putri pak kepala desa juga seorang akhwat dan begitu cantik dalam balutan busana pengantin meskipun sederhana namun berkelas.

Setelah mengucapkan selamat kepada mempelai, kami serombongan kembali menemui pak kepala desa untuk menyelesaikan urusan kantor. ba bi bu... setelah selesai kami mohon pamit kembali ke Surabaya.

Dalam perjalanan aku pamit kepada teman-teman ingin tidur dan istirahat, aku juga memilih bangku yang ada di pojok belakang.

Dalam ramainya teman-teman yang sedang bercanda tanpa mampu kubendung air mata itu meluncur deras. Sekuat mungkin aku menangis dalam diam. Rasanya ingin berharap semua adalah mimpi. Namun semua ini nyata adanya.

Dan akhirnya aku kembali tersadar dalam lamunanku ketika suamiku memelukku dari belakang. Yah suamiku yang sekarang yang begitu solih dan sabar untuk membimbingku menjadi solihah. Bukan sang ikhwan yang dulu namun ikhwan yang lain.

Saat ku tenggelam dalam sendu
waktupun enggan untuk berlalu
ku berjanji untuk menutup pintu hatiku
entah untuk siapapun itu
semakin aku lihat masa lalu
semakin hatiku tak menentu
tetapi satu sinar terangi jiwaku
saat kumelihat senyummu

dan kau hadir merubah segalanya
menjadi lebih indah
kau bawa cintaku setinggi angkasa
membuat kumerasa sempurna
dan membuatku utuh
untuk jalani hidup
berdua denganmu selama-lamanya
kaulah yang terbaik untukku
(Adera-Lebih Indah)

xxxxxx


Hmmm banyak yang ingin ditulis, tapi saat ini rasanya hatiku bercampur aduk. May be aku lebay, tapi aku bener-bener sedang tidak baik suasana hatinya.

Ceritanya hampir 1 bulan juni ini kos-kosan ku "kuasai" sendiri. Ga ada temen di kos 2 orang pindah dan 1 orang lagi libur. Sebut saja yang lagi libur namanya Tavi.

Well cerita dimulai dengan kejenuhan aku di kos. Sendiri ga ada temen. Awal-awalnya aku rapi dan bersih-bersih aja tapi lama-lama akhirnya aku males ga enak banget sendirian. jadi sering ke kos temen yang lain, rame bisa bercanda cerita-cerita. Al-hasil di kos aku cuma "mampir". Kos bener-bener ga keurus. Sempat juga masak dll, tapi bener-bener makan sendiri itu ga enak banget (>_<) cucian piring bener-bener cuma punya ku dan itupun ga ganti-ganti. Endingnya ku biarkan semua berantakan dengan dalil *nanti juga akan kubereskan* :-(

Tapi semua di luar dugaan, aku harus berangkat ke jogaja sebelum sempat membereskan semuanya.

Sampai akhirnya Tavi balik ke kos aku belum sampai Surabaya. Haduh aku merasa dzolim banget ke Tavi. Kalau bisa ku putar hari aku ingin membereskan semuanya dan tidak ingin mendzolimi beliau.

Ini bukan masalah takut kredibilitasku di depan Tavi akan hilang atau bagaimana, tapi aku takut sama Allah. Allah memerintahkan kita bermanfaat untuk yang lain, tapi aku belum sempat menjadi manusia yang bermanfaat tapi malah merepotkan Tavi >_<)... Mbok aku minta maaf berapa kalipun rasanya belum cukup, masalahnya berantakan banget. Biasanya aku hanya akan memberantakan di kamarku, tapi kali ini khilaf yg luar biasa besar sampai berantakin banget kos-kosan... maaf maaf maaf banget