Jumat, 26 April 2013

Model Sekolah yang Tepat?


Hay guys, ingin share mengenai model sekolah yang pas itu seperti apa sih. Eh nggak juga dink, lebih tepatnya ingin mengomentari model sekolah yang ada saat ini. Mulai dari yang formal sekolah negeri sampai yayasan dengan title islam maupun alam *kalau yang agama lain maaf belum ada pengetahuan sampai sana*.

Well mulai dari yang negeri dulu. Semua-muanya di atur oleh pemerintah dan harus mengikuti standar dari pemerintah. Siswa dikatakan pintar jika mendapatkan nilai bagus pada pelajaran seperti matematika, IPA, bahasa Inggris. Jika ada siswa yang tidak mampu dengan mata pelajaran tersebut akan dikategorikan dengan siswa *kurang pintar*. Sekolah dimulai pagi hari dan selesai siang/sore hari. Kegiatan di dalam sekolah melulu hanya berupa pelajaran tersebut. Output yang dihasilkan *kelihatan secara umum* adalah siswa mampu lulus Ujian Nasional, Ujian Akhir dan lain-lain dengan nilai bagus, dan presentase kelulusan cukup tinggi dibandingkan dengan sekolah swasta. Namun kekurangan dari sekolah negeri adalah banyak siswa yang akhirnya harus mencari tambahan pembelajaran agama di luar karena kurangnya ilmu agama di dalam sekolah. Selain itu siswa akan lebih berpikir teoritik dan tidak realistis karena apa yang didapatkan hanya berupa ilmu buku yang dibahas dengan bahasa buku. Beberapa guru yang menguasai kemampuan mengintegtrasikan memang akan mengintegrasikan ilmu buku dengan lingkungan di sekitarnya tapi jumlah guru yang demikian hanya ada 1 : 20 guru. Sangat tidak mengherankan jika anak-anak yang tumbuh dalam sekolah negeri *tanpa ada tambahan pembelajaran yang lain di rumah* akan cendrung menjadi anak yang individualis dan teoritis namun tidak bisa melakukan action secara langsung.

Selanjutnya sekolah yang bertitle sekolah islam, atau madrasah dan lain-lain. Kegiatannya Tidak jauh berbeda dengan sekolah negeri namun lebih pada pendalaman mengenai agama diberikan porsi yang lebih besar daripada sekolah negeri. Output yang dihasilkan karena porsi pelajaran seperti Matematika, IPA, bahasa Inggris dikurangi sepertinya berdampak juga dengan prosentase kelulusan atau prosentase nilai bagus di sekolahan yang bertitle islam tersebut. Anak-anak yang diasuh dalam lingkungan sekolah islam biasanya akan memiliki dua kecendrungan yang bertolak belakang, akan ada anak yang sangat religius namun di sisi yang lain akan ada anak yang menggunakan ilmu islam yang dimiliki untuk mencari kemudahan sendiri. Sehingga bukan hal yang aneh ketika ada anak lulusan madrasah namun dia malah melakukan maksiyat dengan dalil yang dipluntir sendiri.

Selanjutnya sekolah alam, setahu saya lebih banyak yang Sekolah Islam Alam. Pembelajaran dilakukan secara menyeluruh, melibatkan kemampuan motorik, kemampuan verbal, kemampuan numerik, dan lain-lain. Kegiatan sekolah sangat bervariasi dan berkaitan dengan alam. Sangat cocok dengan karakteristik anak-anak yang senang bermain. Anak-anak yang di asuh dalam lingkungan ini akan menjadi anak-anak yang aktif, kemampuan motorik akan lebih berkembang daripada dua sekolah sebelumnya, namun kelemahannya siswa cendrung lebih suka bermain daripada belajar *apapun jenis permainannya*. Jika guru tidak pandai untuk mengarahkan siswa mengaitkan permainan dan pembelajaran maka siswa akan cendrung menjadi malas untuk berpikir dan hanya mau bermain dan bermain.

Wallahu`alam itu hanya sebuah uneg-uneg yang terpikir membandingkan beberapa siswa les privat yang berasal dari berbagai macam sekolah. Bukan hal yang mutlak sangat mungkin salah, monggo kalau saya salah dibetulkan :-)