Kamis, 19 Oktober 2017

The Best Teacher



Mari melihat masa lalu, bukan untuk melihat mantan maupun mantanya mantan #eh

Mari kita ukur kemampuan saat SD-SMP-SMA mampukah kita me-recall lagi kemapuan tersebut, atau semua sudah hilang.

Bagi saya diskusi tanpa berdebat itu menyenangkan, mendapat tambahan ilmu, belajar sesuatu yang baru, belajar sesuatu yang lebih luas. Saat saya yang (ternyata) menyandang Sarjana Informatika diajak berdiskusi tentang molekul, tentang sel, tentang genetika, tentang cahaya, tentang gravitasi, dan lain-lain ternyata masih nyambung #SoSweet.

Lantas saya berpikir, 'keren sekali guru saya dulu'. Saya yang dulu (sampai sekarang sih) bodoh banget bisa mengingat dan membekas sekali pelajaran tersebut. Bukan dengan nilai yang sempurna, namun mengkaitkan setiap pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Se-keren apa guru-guru saya dulu.

Mungkin tu yang dimaksud dengan pahala guru yang terus mengalir.

Kembali kepada diri saya, seperti apa saya mengajar? Kata profesional terlalu jauh bagi saya. Membuat siswa saya mengingat saya saja sepertinnya hampir imposible.

Belajar, Belajar, Belajar seharusnya demikian yang saya lakukan. Menjelaskan bukan dengan bahasa yang saya pahami, namun dengan bahasa yang dipahami oleh siswa. Menjelaskan setiap manfaat yang akan didapat dengan pembelajarn kita. Memberikan banyak kosa kata, pengetahuan, baik ilmu maupun moral. Sambil berdoa semoga setiap ilmu itu bermanfaat bagi mereka.



sumber gambar: https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjZ_dCT1vzWAhUDqo8KHdjiDiAQjRwIBw&url=https%3A%2F%2Fpixabay.com%2Fid%2Fbelajar-jam-jam-wajah-waktu-arah-415341%2F&psig=AOvVaw0jPYE3ZszIsc8XyCVrsYVG&ust=1508502039047077

Tidak ada komentar:

Posting Komentar