Rabu, 11 Desember 2013

3. Al-'Amal

Alhamdulillah, lanjut lagi menulis tentang arkanul bai’at. Nah, ini dia arkanul bai’at ketiga. Al-amal,tempat kita mengaplikasikan ilmu dan keikhlasan. Amal ini pun bukan sekedar beramal baik dengan bebas dan sesuka hati. Karena jika begitu, mungkin amal kita akan menjadi stagnan dan begitu-begitu saja. Amal itu dimulai dari:


Memperbaiki diri, sehingga menjadi pribadi yang kuat fisik, teguh dalam berakhlak, luas dalam berpikir, mampu mencari nafkah, lurus berakidah dan benar dalam beribadah.
Membentuk rumah tangga islami. Sehingga keluarganya menjadi pendukung fitrah, menghormatinya dan memelihara tatakrama Islam dalam segala aspek kehidupan rumah tangganya sehari-hari.
Memotivasi masyarakat untuk menyebarkan kebaikan, memerangi kemunkaran dan kerusakan.
Memerdekakan negara dengan  membersihkan rakyatnya dari berbagai bentuk kekuasaan asing kuffar di bidang politik, ekonomi ataupun mental spiritual.
Memperbaiki pemerintahan sehingga benar-benar menjadi pemerintahan yang islami.
Mengembalikan eksistensi negara-negara Islam dengan memerdekakan negerinya dan menghidupkan kembali keagungannya.
Menjadi guru dunia dengan menyebarkan Islam ke tengah-tengah umat manusia, sehingga tidak ada fitnah lagi dan dien benar-benar hanya miik Allah.
It’s not just a simple thing, is it? Ada sebuah tujuan besar yang ingin kita capai dengan amalan yang kita lakukan. Kita semua tentu sangat ingin menjadikan bumi ini diliputi oleh Islam, dan sadar bahwa untuk mewujudkannya dibutuhkan usaha dan perjuangan. Namun jika poin pertama saja belum dapat kita amalkan, bagaimana akan menjadikan Islam sebagai satu-satunya dien? (catatan : belum dapat kita amalkan bukan berarti sudah mengamalkan dengan sempurna. Jangan sampai kita tidak mau melangkah ke poin berikutnya dengan alasan diri kita belum baik)

Now let’s look at ourselves. Sudahkah kita memenuhi targetan amal yaumi? Mungkin tilawah kita masih dilakukan di waktu sisa, bukan sengaja menyediakan waktu. Mungkin kuliah, belajar dan amanah lain lebih kita prioritaskan daripada melakukan ibadah-ibadah yang mendekatkan hubungan kita dengan Allah. Mungkin kolom riyadhoh hanya kita isi sesekali, mungkin kita masih tidak teratur mengisi kebutuhan energi. Mungkin kita masih berpikir menolong orang lain hanya akan menguntungkan yang ditolong. Mungkin kita masih pelit memberikan hak saudara kita.

Barangkali ada penyimpangan orientasi dalam membangun rumah tangga Islami. Barangkali tetangga-tetangga kita masih tidak mengenal kita. Barangkali belum ada kontribusi apapun yang kita beri untuk masyarakat, mengikuti gotong royong kelurahan pun mungkin tidak. Barangkali masih tak ada kepedulian kita terhadap negeri, tak peduli dengan kemungkaran yang terjadi dan merasa itu bukan urusan kita. Barangkali keinginan  kita masih lebih utama daripada menyelamatkan saudara di Palestina, sehingga kita masih membenarkan tindakan mengkonsumsi produk-produk tertentu dengan alasan ‘ini yang cocok’, atau ‘yang lain gak bagus’ dan sebagainya.

Bagaimana dengan amal dalam dakwah kampus? Sudahkah kita memberi yang terbaik? Sudahkah kita berpartisipasi dan berkontribusi dengan kemampuan dan potensi yang kita punya? Atau kita masih menjadi pengamat yang hanya bisa bicara dan mengomentari, tanpa ikut terlibat di dalamnya? Sehingga kita tidak tahu apa yang menjadi kendala dan dukanya, serta apa yang menjadi nikmat dan kebahagiaan hidup sebagai AKTIFIS DAKWAH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar