Rabu, 11 Desember 2013

Kerinduan

Suatu ketika para sahabat sedang duduk di sekeliling Rasulullah Saw. Namun mereka tidak mengerti mengapa kali ini beliau tampak tertekan. Sudah sejak tadi tak sepatah katapun keluar dari mulut beliau. Akhirnya seorang sahabat memberanikan diri untuk bertanya, “Ada apa wahai Rasulullah? Kami semua sedih melihat keadaanmu yang seperti ini.”

Rasulullah Saw menegakkan duduknya, mata beliau basah, “Hari ini aku sedang sangat merindukkan saudara - saudaraku.”
“Tetapi,” ujar seorang sahabat tak mengerti, “Bukankan kami ini saudara – saudaramu juga, ya Rasulullah?”

Rasulullah mengangguk, “Kalian memang saudaraku. Segala suka dan duka kita bagi bersama. Setiap masalah kita rundingkan bersama. Segala halangan kita hadapi bersama. Namun keindahan ini tak akan terjadi atas saudara – saudaraku kelak.”
“Siapakah mereka, ya Rasulullah?”

Rasulullah Saw berkata khidmat, “Merekalah umat Islam yang lahir dan hadir di permukaan bumi ini jauh setelah kepergianku. Mereka tak pernah mengenal siapa aku. Hanya lewat bibir para ulama lah mereka sedikit – sedikit memahami diriku sebagai rasul mereka. Tapi mereka dengan patuh menanamkan rasa cintanya terhadapku. Mereka bangun, mereka tidur, mereka makan, mereka mandi, berpakaian bahan berbicara dengan tak pernah mengabaikan cara – cara yang aku lakukan saat ini.”

Rasulullah Saw seolah menarik nafas panjang sebelum berkata lagi, “Wahai sahabat – sahabatku, batapa suci hati mereka, betapa tinggi kesetiaan mereka saat menyebut kalimat syahadat yang dua, yakni mencintaiku setelah mencintai Allah Pencipta mereka. Inilah yang membuat aku rindu. Rindu yang parah sekali. Hatiku amat haru membayangkan kepatuhan yang tanpa pamrih seperti itu.”

Kata – kata terakhir yang diucapkan Rasulullah dengan tersendat – sendat itu akhirnya hilang ditelan tangis. Semua yang hadir pun ikut menangis dan merindukan saudara – saudara mereka yang tak akan pernah mereka temui kecuali di Akhirat nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar