Kamis, 06 Juni 2013

Cerpen 2


Indah Pada Waktunya

*Bukan hasil dari kehidupan yang harus kau perjuangkan, tapi proses kehidupan yang harus kau lalui dengan sebaik mungkin*

Kisah yang ke-sekian ingin kutulis semoga menjadi manfaat. Tentang seorang akhwat, lagi-lagi tentang akhwat. Kali ini seorang akhwat yang berjuang sendirian di tengah gempuran kota yang belum pernah ia jamah.

Indah, seorang akhwat baik-baik yang indah akhlaknya, suka tersenyum, ramah. Indah diterima untuk melanjutkan kuliah setelah S1-nya berhasil ia lewati meskipun tidak dnegan cumlaude. Ia diterima di kota besar, sebutlah jakarta. Kota metropolitan Indonesia.

Indah yang belum mengenal Jakarta, tiba-tiba harus tinggal di Jakarta. Liqo yang biasa dia lakukan di kota asalpun harus di transfer di sana. Tidak semudah yang ia duga ternyata. Transfer liqo membutuhkan waktu sekitar 3 bulan dan itupun mendapat kelompok yang masih ammah. Tapi semua itu ia lewati dengan hati tenang "ada Allah yang membersamai insyaallah".

Lama ia berjalan, sebelum bisa memulai liqo, ia mulai terpengaruh dengan lingkungan sekitar, futur ya! Dulu yang ia sangat anti dengan hal-hal yang berbau kemewahan kini semua itu melekat padanya. Dulu ia sangat mudah tersenyum, kini ia sangat mudah mengeluh. Kehidupan Jakarta yang keras mulai mengubah dirinya.

Ia sadar, dan sekuat tenaga mengembalikan Indah yang dulu. Namun mustahil, kehidupan yang ia jalani menuntut ia menjadi muslimah yang jauh lebih qowi dari sebelumnya. Jika sebelumnya ia hanya mampu bersabar, kini ia harus belajar tegas dalam melihat kesalahan. Jika sebelumnya ia hanya mampu tersenyum, maka ia harus belajar berekspresi marah jika ada kesalahan yang terjadi di depannya. Manusia yang ada di sekitarnya kini sudah bukan lagi orang desa yang legowo dan tenggang rasa, kini indah menghadapi sebuah tempat dimana orang akan menipu dia jika ia lemah. Walaupun demikian di sisi lain ia harus bisa tetap ramah pada teman dan tetangganya yang baik. *hidup itu uniq*

"Merah jambu" adalah tema yang sangat luas, bener-bener luas. dan Kali ini akhwat sekaliber Indah harus mengalami masalah "merah jambu". Jika umumnya akhwat akan mengalami "merah jambu" dengan seorang ikhwan maka kini peran utama kedua adalah laki-laki biasa. hmmmmm :-?

Teman sekelas, Indah bernama Ahmad. Islam banget namanya, namun jangan salah, ia adalah orang yang paling gemar bermewah-mewahan, alim???? ya adalah tapi sedikit.

Well, kembali ke Indah. Indah berusaha baik pada setiap teman sekelasnya dia, tak terkecuali Ahmad. Namun, Ahmad malah cuek dan ga perhatian sama Indah. Hingga suatu saat ada tugas yang Ahmad benar-benar kesulitan mengerjakan, dan pas Indah lagi online tengah malam. Indah-lah yang akhirnya membantunya memberikan link-link untuk jawaban tugas. Dari sana mereka mulai sering chatting, Indah selalu tertawa jika sedang chatting dengan Ahmad. Hingga suatu saat, ia melihat Ahmad dekat dengan teman seangkatan namun beda kelas, namanya Iren. Muslimah gaul yang supel bergaul dengan siapa saja. Iren cantik dan menjadi primadona di angkatannya, hal ini membuat entah mengapa hati Indah agak sakit.

"mengapa hatiku sakit ya?" kata Indah ketika ia melihat Ahmad dan Iren berjalan bersama.

Hingga suatu hari saat Indah dan Ahmad chatting, ia menanyakan perihal kedekatan Ahmad dengan Iren. Ahmad hanya menjawab, "teman biasa kok, dia sudah punya pacar. masak aku suka sama orang yang sudah punya pacar?". Dan untuk kesekian kalinya hati Indah tiba-tiba merasa tenang dan tersenyum.

"Ada apa denganku? apa yang salah denganku? apakah aku jatuh cinta pada Ahmad?". Lama ia merenung dan akhirnya ia sadar, ia memang jatuh cinta dengan Ahmad, diantara teman-teman sekelasnya hanya Ahmad yang mampu menghormatinya selayaknya seorang akhwat. Sedang teman-temannya yang lain memperlakukan Indah seperti wanita kebanyakan, dipukul, di deketin, dll. "Ahmad berbeda."

Suatu hari, Ahmad mengajak Indah pergi. tentu saja Indah senang, Indah mengajak temannya yang sama-sama putri. Indah sama sekali tidak paham jika Ahmad ingin mengajaknya pergi berdua. Dan Ahmad langsung pamit begitu tau Indah pergi tidak sendiri. Indah bingung mengapa Ahmad tiba-tiba pergi?

Berpikir lama dan akhirnya ia sadar jika Ahmad ingin mengajaknya pergi berdua. Namun ia tidak nyaman jika harus berdua dengan laki-laki yang bukan muhrimnya. Indah bingung, namun ia berharap semoga tidak terjadi masalah.

Harapan Indah pudar ketika ia merasa di jauhi oleh Ahmad, bahkan saat bertemu di salah satu warung tempat mereka dan teman-temannya nongkrongpun ahmad hanya diam dan tersenyum tanpa menyapa apapun. Indah lelah didiamkan, hal yang paling menyebalkan menurutnya. dan akhirnya Ia menyanyakan kepada Ahmad. Bukan kejelasan yang ia dapatkan malah ia dimarahi habis-habisan oleh Ahmad dengan alasan yang tidak jelas. Indah hanya bisa menangis.

Dalam malam itu akhinya Indah kembali me-review apa yang terjadi? apa yang salah? (mengutip judul sub tema ust Salim A. Fillah dalam buku Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan) "Sup kaldu yang bumbunya dimakan dulu". Ia merasa nyaman dekat dengan Ahmad, tertawa dengan Ahmad. Ia merasa nyaman bisa dekat dengan Ahmad dan bisa saling cerita satu sama lain. Dan hampir saja Ahmad mengajaknya pergi berdua, Alhamdulillah Allah masih menjaganya.

Meskipun Indah tau itu salah, move on itu sakit juga :-((. Berbagai kesibukan ia lakukan agar ia bisa melupakan Ahmad. Dan in syaa allah ia percaya jika nanti suatu saat akan ada orang yang terbaik yang akan menjaganya dan menghormatinya, bukan sebagai teman atau pacar, tapi sebagai seorang suami :-).

1 komentar:

  1. Siipp...semoga bisa buat pelajaran juga bagi ikhwan yg merasa tercuri hatinya...#ehmmm

    BalasHapus