Rabu, 21 Agustus 2013

Putriku tercinta dan guruku yang
mulia.. Asma al-Beltaji, aku tidak
mengucapkan selamat tinggal
padamu, tapi kukatakan bahwa besok
kita akan bertemu lagi.
Kau telah hidup dengan kepala
terangkat tinggi, berjuang melawan
tirani dan belenggu serta mencintai
kemerdekaan. Kau telah hidup
sebagai seseorang yang diam-diam
mencari cakrawala baru untuk
membangun kembali bangsa ini,
memastikan tempatnya di tengah-
tengah peradaban.
Kau tidak pernah dijajah oleh
perkara sia-sia yang menyibukkan
para remaja se usiamu. Meskipun
pendidikan tidak mampu memenuhi
aspirasi dan ketertarikanmu, kau
selalu yang terbaik di kelas
Aku tidak punya cukup waktu untuk
membersamaimu dalam hidup
singkat ini, terutama karena waktuku
tidak memungkinkan untuk
menikmati kebersamaan denganmu.
Terakhir kali kita duduk bersama di
Rabaa Al Adawiya kau berkata
padaku, "Bahkan ketika Ayah
bersama kami, Ayah tetap sibuk"
dan kukatakan "Tampaknya bahwa
kehidupan ini tidak akan cukup
untuk menikmati setiap kebersamaan
kita, jadi aku berdoa kepada Tuhan
agar kita menikmatinya kelak di
surga."
Dua malam sebelum kau dibunuh,
aku melihatmu dalam mimpiku
dengan gaun pengantin putih dan
kau terlihat begitu cantik. Ketika
kau berbaring disampingku aku
bertanya, "Apakah ini malam
pernikahanmu?" kau menjawab,
"Waktunya adalah di sore hari Ayah,
bukan malam". Ketika mereka bilang
kau dibunuh pada Rabu sore aku
mengerti apa yang kau maksud dan
aku tahu Allah telah menerima
jiwamu sebagai martir. Kau
memperkuat keyakinanku bahwa kita
berada di atas kebenaran dan
musuh kita berada pada kebathilan.
Aku merasa sangat terluka karena
tidak berada di perpisahan
terakhirmu dan tidak melihatmu
untuk terakhir kalinya, tidak
mencium keningmu, dan memilki
kehormatan untuk memimpin shalat
jenazahmu. Aku bersumpah demi
Allah sayang, aku tidak takut
kehilangan nyawaku atau penjara
yang tidak adil, tapi aku ingin
membawa pesan yang kau telah
berkorban nyawa ntuknya, untuk
menyelesaikan revolusi, untuk
menang dan mencapai tujuannya.
Jiwamu telah dimuliakan dengan
kepala terangkat tinggi melawan
tiran. Peluru tajam telah membelah
dadamu. Yang menurutku luar biasa
dan penuh dengan kebersihan jiwa.
Aku yakin bahwa kau jujur kepada
Allah dan Dia telah memilihmu di
antara kami, memberimu kehormatan
dengan pengorbanan.
Akhirnya, putriku tercinta dan
guruku yang mulia... aku tidak
mengucapkan selamat tinggal, tapi
aku mengucapkan sampai jumpa kita
akan segera bertemu dengan Nabi
kita tercinta dan sahabat-sahabatnya
di surga, dimana keinginan kita
untuk menikmati kebersamaan kita
akan menjadi kenyataan.
__
NB: Asmaa Mohamed El Beltaji
berusia 17 tahun dan adalah antara
yang dibunuh pada tragedi berdarah
di Medan Rab'ah (14/8/2013). Beliau
adalah putri satu-satunya
Mohammed El Beltaji, seorang
pimpinan Ikhwanul Muslimin.
*diterjemahkan oleh @
nastarabdullah dari http://
www.middleeastmonitor.com/news/
africa/7007-letter-from-dr-mohamed-
beltaji-to-his-martyred-daughter

Surat Muhammad Beltaji Pada
Putrinya, Asmaa, yang Syahid di
Rabaa Al-Adawiyah
Letter from Dr Mohamed Beltaji to
his martyred daughter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar