Selasa, 30 April 2013

Mengapa Facebook?


Sempet ditanya orang kenapa sih aku ga buat aku facebook?

Dulu pernah bikin kok, atas nama "Asiyah Al-Khonsa" *sangking terinspirasinya kepada kedua solihah tersebut*. Namun akhirnya aku nonaktifkan lagi. Why? alasan idealisme mungkin.

Dalam facebook kita diminta untuk mengisikan data yang lengkap mengenai data diri kita, mungkin sih untuk mengosonginya tapi secara psikologis kita lebih ingin bio kita terlihat lebih full daripada kosong *seolah kita adalah orang yang ga ngapa-ngapain klo bio kita kosong*. Sampai saat ini aku masih percaya banget bahwa yahudi masih terus bergerak mengumpulkan data kaum muslim tanpa kita sadari. So jangan kaget kalau tiba-tiba ada orang pendiem yang jadi sasaran Densus 88 atau 99 :-P tanpa alasan yang ga diketahui orang kebanyakan *alasan sebenarnya adalah diam2 orang tersebut diketahui memiliki kepribadian yang luar biasa pokoknya dan bisa membahayakan yahudi*. Who knows? kita atau orang dekat kita termasuk sasaran mereka. Dan lagi-lagi data tersebut di dapat dari facebook, e-KTP yang katanya datanya terintegrasikan *klo ga wajib sebenarnya aku juga menolak e-KTP*.

Di sisi lain, pola komunikasi seseorang itu bisa lho mengidentifikasikan orang itu suka terhadap siapa, benci terhadap siapa, kecendrungan terhadap apa, kepribadian bahkan dll tanpa orang itu bilang. Jika ada orang yang jeli hal ini bisa dilihat dari wall, status, komentar, dll. Lengkap sudah, dari mulai bio hingga pola komunikasi membuat orang tanpa sadar seolah diberikan kebebasan berbicara namun tanpa sadar sedang ditelanjangi habis segala kepribadiannya. Dari pengamatan tersebut aku memutuskan untuk menghentikan segala aktifitas facebook.

Lalu bagaimana dengan ustad? ada beberapa pertimbangan atas masalah itu. JIka banyak manfaat yang diberikan daripada keburukan yang diberikan misalnya: memberikan taujih kepada kahlayak umum, memberikan nasihat yang terlalu sulit jika hasru mengumpulkan orang maka facebook menjadi sesuatu yang bisa dipakai untuk media penting dalam dakwah. Itu sih penjelasan kenapa ustad saja masih punya facebook sedang aku tidak.

Lalu bagaimana dengan sosmed dan media yang lain? Ambillah twitter karena setiap hari aku berkelut dengannya. Kenapa akhirnya aku jatuh hati pada twitter adalah karena semua terbatas dalam twitter. bio, komentar, status/ tweet semua terbatas pada 140 karakter. Hal ini membuat kita tidak bisa berkata panjang lebar namun berkata sebatas yang penting saja.

Selain itu alasan yang paling manusiawi dan realistis menurutku adalah karena aku adalah manusia yang sangat mungkin untuk naik dan turun iman sestiap waktu. ketika dengan facebook linimasa tersebut masih bisa untuk dilihat oleh semua pihak dan tidak mudah "terhapus" dalam benak orang yang sudah pernah melihatnya. dan orang dengan mudah menjadikan status tersebut sebagai sebuah tempat untuk ngobrol di sana, baguslah ketika mereka ngobrol di status yang baik jika tidak???. Sedangkan pada twitter orang hanya akan melihat status/tweet pada lini masa yang sama dan komentar yang panjang itu sulit sekali karena timeline terus berjalan dan tertutup oleh tweet tweet yang lain.

Wallahu`alam :-)

1 komentar:

  1. Apakah maksud tulisan ini adalah si penulis merasa bahwa dia "cukup pendiam, memiliki kepribadian yang luar biasa dan berbahaya" bagi "Yahudi" sehingga menolak untuk menggunakan Facebook?

    Kalau saya jadi Yahudi dan kebetulan kepingin ngerti kepribadian kamu, kan tinggal scroll timeline Twitter kamu. :)

    BalasHapus